Selasa, 17 Juni 2008

HUKUM ORANG YANG MENJADIKAN MENGEMIS SEBAGAI PROFESI


HUKUM ORANG YANG MENJADIKAN MENGEMIS SEBAGAI PROFESI

Oleh
Syaikh Abul Hasan Musthafa bin Ismail As-Sulaimani Al-Mishri

----------------------------------------------------------

Pertanyaan
Syaikh Abul Hasan Musthafa bin Ismail As-Sulaimani Al-Mishri ditanya : Kami menjumpai sebagian orang yang menjadikan meminta-minta dan mengemis sebagai profesi, sehingga ia dapat memiliki rumah, kendaraan dan dapat menanam saham di perusahaan-perusahaan. Kami sering menjumpai mereka di masjid-masjid atau di pinggir-pinggir jalan menengadahkan tangannya kepada orang-orang yang lalu lalang. Bagaimana sikap kami terhadap mereka .?

Jawaban
Tentu saja itu adalah perbuatan tercela. Cinta dunia telah menyeret orang-orang seperti itu untuk menjual agama dan kehormatannya. Sedangkan orang-orang yang yakin (akan agamanya) dan memiliki kejujuran akan terhindar dari perbuatan seperti itu. Allah telah menyebutkan sifat mereka, yaitu memelihara diri dari meminta-minta di dalam Al-Qur'an.
"Artinya : (Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat oleh jihad di jalan Allah mereka tidak dapat berusaha di muka bumi. Orang yang tidak tahu menyangka mereka orang-orang kaya karena menahan diri dari meminta-minta"  [Al-Baqarah : 273]
Oleh sebab itu, wajib memberikan nasehat kepada peminta-minta seperti itu tanpa mencela dan mempermalukan mereka, kecuali jika dampak buruk perbuatan mereka tersebut tidak dapat dibendung, saat itu perlu ditegur dengan keras, dan hendaklah memberikan nasehat dan peringatan kepada mereka. Dengan menyampaikan beberapa hadits Nabi, di antaranya :

1.    Hadits Ibnu Umar dari Rasulullah, beliau bersabda.
"Artinya : Senantiasa seseorang meminta-minta hingga ia datang pada hari kiamat tanpa membawa sekerat dagingpun di wajahnya"  [Muttafaqun 'Alaihi]
2.    Hadits Abu Said dari Rasulullah, beliau bersabda.
"Artinya : Barangsiapa yang menjaga kehormatan dirinya, niscaya Allah akan menjaga kehormatannya, barangsiapa yang merasa cukup, niscaya Allah akan men-cukupinya, barangsiapa berlatih kesabaran, niscaya Allah akan mencurahkan kesabaran baginya, dan tiada seorangpun mendapat karunia yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran"  [Muttafaqun 'Alaihi]
3.    Hadits Hakim bin Hizam di dalam Shahihain ia berkata.
Aku pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah, lalu beliau memberikannya, kemudian aku kembali meminta kepada beliau, beliau masih memberikannya, demikianlah sampai tiga kali. Kemudian beliau berkata :

"Artinya :  Wahai Hakim, harta ini memang indah dan manis, barangsiapa yang mengambilnya dengan kelapangan hati -yaitu dengan kezuhudan dari penerima dan kerelaan hati yang memberi- niscaya akan dilimpahkan berkah baginya. Sebaliknya, barangsiapa yang menerima dengan ketamakan, pasti tidak akan dilimpahkan berkah baginya. Bagaikan orang makan yang tidak kunjung kenyang, dan tangan yang diatas  lebih baik dari pada tangan yang dibawah".

Hakim berkata : Ya Rasulullah, demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran. Saya tidak akan menerima pemberian apapun dari seseorang sepeninggalmu selamanya -yaitu aku tidak akan mengurangi hartanya dan tidak akan meminta-minta kepadanya-. [Lihat "Fathul Bari" III : 336]

Kemudian pada masa Khalifah Abu Bakar, beliau memanggilnya untuk memberi hadiah kepadanya dari baitul-maal, namun Hakim menolaknya. Juga pada masa Khalifah Umar, beliau juga memanggil Hakim untuk memberinya hadiah, namun ia pun menolaknya. Sehingga Umar berkata : Wahai Kaum Muslimin, saya membuat persaksian kepada kamu bahwa saya telah memberi kepada Hakim bagiannya dari harta Fa'i tetapi ia enggan menerimanya. Demikianlah, Hakim tetap tidak mau menerima dari seorangpun sepeninggal Rasulullah hingga ia meninggal dunia.

Al-Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan satu riwayat Ibnu Rahuyah bahwa ketika Hakim wafat, tidak ada seorangpun yang lebih kaya dari beliau. Namun sanad riwayat ini perlu diteliti kembali.
4.    Hadits Az-Zubeir bin Awwam dari Rasulullah beliau bersabda.
"Artinya : Sekiranya salah seorang dari kamu membawa tali lalu pergi ke bukit untuk mencari kayu, kemudian ia pikul ke pasar untuk menjualnya demi mejaga kehormatannya, niscaya yang demikian itu lebih baik dari pada meminta-minta kepada orang lain, baik diberi maupun di tolak"  [Hadits Riwayat Musim]
5.    Hadits Abu Hurairah dari Rasulullah beliau bersabda.
"Artinya : Barangsiapa yang meminta-minta untuk memperbanyak hartanya, tiada lain ia  hanyalah memperbanyak bara api kemudian terserah kepadanya akan memperbanyak bara api tersebut atau menguranginya"  [Hadits Riwayat Muslim]
6.    Hadits Habsyi bin Junadah dari Rasulullah beliau bersabda.
"Artinya : Barangsiapa yang meminta-minta bukan karena kefakirannya, maka seakan-akan ia telah memakan bara api"  [Hadits Riwayat Ahmad]
Dan banyak sekali hadits-hadits lain tentang kejelekan meminta-minta dan tentang keutamaan bersabar dan menjaga kehormatan diri. Telah dirangkum sebagian besar hadits-hadits tersebut di dalam buku berjudul "Dzammul-Mas'alah" karangan Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i. Semoga Allah menjaga beliau dari kejelekan-kejelakan. Di dalam buku itu Syaikh Muqbil menjelaskan adanya indikasi penularan penyakit berbahaya ini -yaitu berlomba-lomba memperbanyak harta- dari para pengemis tersebut kepada sebagian orang yang mengaku sebagai juru dakwah. Tentu saja sikap semacam ini justru membuat hina ilmu dan dirinya di hadapan khalayak umum.

Benarlah yang dikatakan oleh seorang penyair :
Seandainya Ahli Ilmu menjaga kehormatan ilmunya
tentulah ilmu itu akan menjaga kehormatan dirinya
dan sekiranya ia agungkan ilmu itu di dalam dirinya
tentulah ia akan dihormati.
akan tetapi jika ia menyia-nyiakan ilmu tersebut
niscaya ilmu itu akan membuatnya hina
serta mengotorinya dengan ketamakan hawa nafsunya hingga menjadi hitam kelam

Penyair lain berkata :
Aku menjaga kehormatan diriku dengan harta ku
dan aku tidak akan mengotorinya di dalam kubangan harta
tidak ada keberkahan bagi kehormatan
yang tercemar dengan harta dunia.

Penyair lain berkata :
Kita menata kemilau dunia dengan merobek-robek kehormatan agama kita
Tiada satupun yang berhasil kita raih, baik dunia apalagi agama (akhirat) kita
Betapa beruntungnya seorang hamba yang mengutamakan kehendak Rabbnya
serta mempergunakan dunianya untuk
menggapai masa depan (akhirat)nya

Penyair lain mengatakan :
Sesungguhnya ada beberapa hamba Allah yang bijaksana
mereka menjauhi dunia karena takut fitnah (godaan)
mereka renungkan lalu mereka menyadari
bahwa dunia bukan tempat tinggal hidup abadi
mereka anggap dunia ini bagaikan samudra
dan mereka mempergunakan amal shalih sebagai bahteranya

Bukankah Allah hanya meminta kepada kita keistiqomahan diatas agama-Nya .? Dan agar mengajak ummat untuk melakukan kebaikan-kebaikan, serta menjelaskan kepada mereka jalan terbaik untuk meraihnya, yaitu mengajak mereka untuk membantu para pelaksana proses belajar mengajar agar manfaat dari proses belajar mengajar ini dapat dirasakan oleh segenap kaum muslimin diamanpun mereka berada. Apalagi pada zaman sekarang ini sangat sedikit orang-orang yang menyadari urgensi ilmu di dalam penyebaran dakwah. Jangan sampai masalah dana menjadi penyebab kebencian dan antipati masyarakat terhadap dakwah.

Semoga Allah menjaga kita semua dari segala keburukan, dan memudahkan kita untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran. Sesungguhnya Ia Maha memberi lagi Maha Mulia.

Catatan :
Kita juga tidak boleh menyamaratakan semua peminta-minta. Kita tidak boleh menuduh mereka macam-macam, karena hal itu termasuk buruk sangka tanpa alasan. Seharusnya kita bersyukur kepada Allah yang telah menjaga kita dari meminta-minta. Allah berfirman :
"Artinya : Dan terhadap orang yang meminta-minta makan janganlah kamu menghardiknya"  [Ad-Dhuha : 10]
Ayat ini umum bagi semua peminta-minta, kecuali jika kita mengetahui bahwa dia adalah orang jahat.

Adapun tentang hadits :
"Artinya :  Setiap peminta-minta punya hak ( untuk diberi ) walaupun ia datang dengan mengendarai kuda"  adalah hadits dhaif  (lemah) dinyatakan dhaif  oleh Syaikh Al-Albani [Lihat "Silsilah Hadits Dhaif" No. 1378]

Tidak ada komentar: