Jumat, 25 April 2008

TUHAN 9 SENTI


Tuhan Sembilan Senti

Oleh Taufiq Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tetapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok.

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi perokok,
tetapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah...ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya
'apakah ada buku tuntunan cara merokok'

Di angkot penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri, yang duduk orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong
minta diajari pula merokok.

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok.

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.

Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran, di toko buku orang merokok,
di kafe, di diskotik para pengunjung merokok.

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur,
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok.

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul
saling menularkan HIV-AIDS sesamanya,
tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok
di kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS.

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin
paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekalipun asap tembakau itu
bisa ketularan kena.

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok.

Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil,
pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola,
mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok.

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi,
orang-orang goblok merokok.

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im
sangat ramah bagi orang perokok,
tetapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat
merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.

Mereka ulama ahli hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya, putih warnanya, kemana-mana dibawa dengan setia,
satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan
yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.

Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan.

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil
yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap,
dan ada yang mulai terbatuk-batuk.

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan,
berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya.

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat
lewat upacara menyalakan api
dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,


Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

Kamis, 24 April 2008

PRINSIP 90/10


PRINSIP 90/10
Oleh : STEPHEN COVEY

Bagaimana prinsip 90/10 itu ?

- 10% dari hidup anda terjadi karena apa yang langsung anda alami.

- 90% dari hidup anda ditentukan dari cara anda bereaksi.

Apa maksudnya ?

Anda tidak dapat mengendalikan 10% dari kondisi yang terjadi pada diri
anda.

Contohnya :

Anda tidak dapat menghindar dari kemacetan. Pesawat terlambat datang dan
hal ini akan  membuang seluruh schedule anda. Kemacetan telah menghambat
seluruh rencana anda. Anda tidak dapat mengontrol kondisi 10% ini.
Tetapi beda dengan 90% lainnya. Anda dapat mengontrol yang 90% ini.
Bagaimana caranya ? Dari cara reaksi anda !! Anda tidak dapat mengontrol
lampu merah, tetapi anda dapat mengontrol reaksi anda.

Marilah kita lihat contoh dibawah ini :

Kondisi 1

Anda makan pagi dengan keluarga anda. Anak anda secara tidak sengaja
menyenggol cangkir kopi minuman anda sehingga pakaian kerja anda
tersiram kotor. Anda tidak dapat mengendalikan apa yang baru saja
terjadi.

Reaksi anda :

Anda bentak anak anda karena telah menjatuhkan kopi ke pakaian anda.
Anak anda akhirnya menangis. Setelah membentak, anda menoleh ke istri
anda dan mengkritik karena telah menaruh cangkir pada posisi terlalu
pinggir diujung meja.  Akhirnya terjadi pertengkaran mulut. Anda lari ke
kamar dan cepat-cepat ganti baju. Kembali ke ruang makan, anak anda
masih menangis sambil menghabiskan makan paginya. Akhirnya anak anda
ketinggalan bis. Istri anda harus secepatnya pergi kerja. Anda buru-buru
ke mobil dan mengantar anak anda ke sekolah. Karena anda telat, anda
laju mobil dengan kecepatan 80km/jam padahal batas kecepatan hanya boleh
60 km/jam. Setelah terlambat 15 menit dan terpaksa mengeluarkan kocek Rp
600.000,- karena melanggar lalu lintas, akhirnya anda sampai di sekolah.
Anak anda secepatnya keluar dari mobil tanpa pamit. Setelah tiba di
kantor dimana anda telat 20 menit, anda baru ingat kalau tas anda
tertinggal di rumah. Hari kerja anda dimulai dengan situasi buruk. Jika
diteruskan maka akan semakin buruk. Pikiran anda terganggu karena
kondisi di rumah.
Pada saat tiba di rumah, anda menjumpai beberapa gangguan hubungan
dengan istri dan anak anda. Mengapa ? .... Karena cara anda bereaksi
pada pagi hari.

Mengapa anda mengalami hari yang buruk ?*

1. Apakah penyebabnya karena kejatuhan kopi ?

2. Apakah penyebabnya karena anak anda ?

3. Apakah penyebabnya karena polisi lalu lintas ?

4. Apakah anda penyebabnya ?

Jawabannya adalah No. 4 yaitu penyebabnya adalah anda sendiri !! Anda
tidak dapat mengendalikan diri setelah apa yang terjadi pada cangkir
kopi. Cara anda bereaksi dalam 5 detik tersebut ternyata adalah penyebab
hari buruk anda.

Berikut adalah contoh yang sebaiknya atau seharusnya anda sikapi.

Kondisi 2

Cairan kopi menyiram baju anda. Begitu anak anda akan menangis, anda
berkata lembut : "Tidak apa-apa sayang, lain kali hati-hati ya." Anda
ambil handuk kecil dan lari ke kamar. Setelah mengganti pakaian dan
mengambil tas, secepatnya anda menuju jendela ruang depan dan melihat
anak anda sedang naik bis sambil melambaikan tangan ke anda.
Anda kemudian mengecup lembut pipi istri anda dan
mengatakan : "Sampai jumpa makan malam nanti." Anda datang ke kantor 5
menit lebih cepat dan dengan muka cerah menegur staff anda. Bos anda
mengomentari semangat dan kecerahan hari anda di kantor. Apakah anda
melihat perbedaan kedua kondisi tersebut ?

2 (dua) skenario berbeda, dimulai dengan kondisi yang sama, diakhiri
dengan kondisi berbeda.

Mengapa ?

Ternyata penyebabnya adalah dari cara anda bereaksi ! Anda tidak dapat
mengendalikan 10% dari yang sudah terjadi. Tetapi yang 90% tergantung
dari reaksi anda sendiri.

Ini adalah cara untuk menerapkan prinsip 90/10. Jika ada orang yang
mengatakan hal buruk tentang anda, jangan cepat terpancing. Biarkan
serangan tersebut mengalir seperti air di gelas. Anda jangan membiarkan
komentar buruk tersebut mempengaruhi anda.

Jika beraksi seadanya atau salah reaksi maka akan menyebabkan anda:
kehilangan teman, dipecat, stress dan lain-lain yang merugikan.

Bagaimana reaksi anda jika mobil anda mengalami kemacetan dan terlambat
masuk kantor ? Apakah anda akan marah ? Memukul stir mobil ? Memaki-maki
? Apakah tekanan darah anda akan naik cepat ? Siapa yang peduli jika anda datang
telat 10 detik ? Kenapa anda biarkan kondisi tersebut merusak hari anda? Cobalah ingat
prinsip 90/10 dan jangan khawatir, masalah anda akan cepat
terselesaikan.

Contoh lain :

- Anda dipecat.

Mengapa anda sampai tidak bisa tidur dan khawatir ?  Suatu waktu akan
ada jalan keluar. Gunakan energi dan waktu yang hilang karena
kekhawatiran tersebut untuk mencari pekerjaan yang lain.

- Pesawat terlambat. Kondisi ini merusak seluruh schedule anda. Kenapa
anda marah-marah kepada petugas tiket di bandara ? Mereka tidak dapat
mengendalikan terhadap apa yang terjadi. Kenapa harus stress ? Kondisi
ini justru akan memperburuk kondisi anda. Gunakan waktu anda untuk
mempelajari situasi, membaca buku yang anda bawa, atau mengenali
penumpang lain.

Sekarang anda sudah tahu prinsip 90/10. Gunakanlah dalam aktivitas
harian anda dan anda akan kagum atas hasilnya. Tidak ada yang hilang dan
hasilnya sangat menakjubkan.

Sudah berjuta-juta orang menderita akibat stress, masalah berat, cobaan
hidup dan sakit hati yang sebenarnya hal ini dapat diatasi jika kita
mengerti cara menggunakan prinsip 90/10.

NIKMATILAH HIDUP INI !!

ENJOY YOUR LIFE........!!!

Keiretsu Jepang


Keiretsu Jepang

Angsa Itu Mulai Beranak Elang

Keiretsu yang dapat diartikan sebagai Perkongsian ini sebenarnya
merupakan strategi Jepang dalam berbisnis automotif di seluruh dunia.
Caranya adalah para perusahaan besar automotive memiliki share di
perusahaan-perusahaan lain yang merupakan groupnya, misal Toyota
Group, ada Toyota Motor Company, Toyota Tsusho Indonesia, Toyota
Engineering dll.

Perusahaan besar Jepang tersebut kemudian bekerjasama dengan banyak
perusahaan local di seluruh dunia untuk produksi komponen, stamping,
hingga perakitan but mostly dengan raw material adalah imported dari
steel mills Jepang seperti Nippon Steel, Kawasaki Steel yang notabene
steel producer ini juga memiliki share di Toyota Group. Disinilah
letak "Keiretsu" nya Jepang, mereka akan tetap menomorsatukan raw
material yang berasal dari group mereka sehingga perekonomian mereka
tetap bergerak. Komposisi Krakatau Steel sebagai local content
hanyalah sedikit sekali atau bahkan tidak ada sama sekali.

Kita cukup kebablasan dengan di ambil alihnya kepemilikan saham astra
di TAM oleh Toyota Motor Company Jepang untuk kemudian berganti nama
menjadi TMMC, Toyota Motor Manufacturing Company. Akibat dari hal ini
secara financial adalah retain earning perusahaan lari ke Jepang
semuanya, secara moral pekerja Indsonesia seperti menjadi tamu di
negeri sendiri dan secara operasional peningkatan local content
Krakatau Steel yang diperjuangkan Astra tidak lagi terdengar.

Morale of the story adalah peraturan pemerintah yang memberikan
kebebasan perusahaaan asing untuk memiliki 100% saham di Indonesia
telah menjadi bumerang. Steel producer Indonesia yang seharusnya bisa
memberikan kontribusi lebih kepada industri otomotif Indonesia tidak
berjalan mulus, padahal bila menggunakan material Krakatau Steel kita
terhindar dari import duti yang tinggi sehingga harga mobil tidak
perlu seperti sekarang ini.

Secara resmi zaibatsu (financial cliques) yang melahirkan keiretsu
(corporate groups), memang pernah dilarang saat Jepang diduduki oleh
Amerika Serikat. Namun ketika kekuatan ekonomi Jepang mulai membaik sekitar tahun
1960-an-1970-an, zaibatsu bangkit lagi. Dunia bisnis Jepang kembali
membuat pengelompokan seperti yang pernah ada pada masa sebelum perang. Namun
berbeda dengan zaibatsu yang lebih jelas, keiretsu bersifat agak
samar-samar.

Selama ini, para perencana ekonomi atau badan pengembangan teknologi dan
ilmu pengetahuan di negara-negara berkembang, sepertinya tidak pernah
memeriksa berapa jumlah perusahaan yang mendukung, perusahaan besar Jepang
untuk menghasilkan sebuah produk. Bila penelitian ini pernah dilakukan,
tidak mustahil sejak awal mereka bisa mengetahui bahwa alih teknologi dari
Jepang tidak akan pernah terjadi. Mereka akan sadar bahwa pemindahan
kegiatan industri Jepang ke negara-negara berkembang, tak lebih hanyalah
sekadar penyewaan lokasi untuk pabrik dan tenaga buruh, terutama
sehubungan dengan yendaka.

Gambaran lebih gampang bagaimana cara melihat bentuk keiretsu ini
beroperasi, dapat dilihat jelas dari geliatan bisnis Jepang yang ada di
industri otomotif dan elektronik, yang memiliki ratusan sampai ribuan mata
rantai perusahaan. Dari situ akan terlihat bagaimana imposible-nya
negara-negara berkembang melakukan alih teknologi tersebut.

Gampangnya, ada satu negara berkembang ingin melakukan alih teknologi
elektronika TV atau mobil, maka negara ini tak cukup hanya membawa satu
perusahaan saja untuk masuk ke negaranya dan kemudian bisa terjadi alih
teknologi. Tetapi harus membawa ratusan atau ribuan perusahaan yang
tersubordinasi atau yang menjadi pendukung perusahaan utama tersebut.

* * *
PERTANYAAN besarnya, apakah mungkin pemindahan atau pembuatan semacam
duplikat dari mata rantai perusahaan-perusahaan sebanyak itu. Ini baru
satu persoalan saja, yakni pemindahan perusahaan saja, belum termasuk alih
teknologi.

Dalam kasus Toyota misalnya, sebuah studi menyebutkan bahwa lapisan atas
struktur organisasi piramida Toyota, tersusun oleh 10 perusahaan
subkontraktor utama. Di luar ini ada dua lagi perusahaan lain, tapi tidak
berkaitan dengan kegiatan manufakturing. Total perusahaan pada lapisan
atas berjumlah 12 unit. Namun jumlah tersebut masih di tambah lagi oleh dua
perusahaan, yang dalam kesan umum sering dirasakan sebagai saingan
Toyota di pasaran mobil, yakni Daihatsu Motors dan Hino Motors yang dikonsentrasikan
pada truk.

Pada lapisan menengah piramida itu terdapat pula dua grup pembuat
komponen. Masing-masing adalah kyoho-kai (Toyota cooperative association), yang
terdiri dari 183 perusahaan dan kemudian Eiho-kai (Toyota Prosperity
Association), yang terdiri dari 65 perusahaan. Totalnya 248
perusahaan, ini baru perusahaan yang nampak dalam keiretsu Toyota.

Di bawah perusahaan-perusahaan ini masih terdapat pula beberapa angkatan
perusahaan dalam urutan hirarki, yang masing-masing terdiri pula dari
ratusan perusahaan. Namun berapa pastinya jumlah perusahaan yang ada dalam
jaringan keiretsu Toyota, barangkali hanya Toyota sendiri yang tahu.

Semua ini memang hanyalah gambaran yang tidak sepenuhnya utuh, namun
minimal mendekati kebenaran mengenai otomotif Toyota. Sebab di luar gambaran ini
masih ada pula jaringan distribusi yang mencapai 4.750 perusahaan.

Seperti yang ada dalam bayangan orang pada umumnya, sekadar untuk membuat
kaca spion saja, perusahaan-perusahaan industri mobil Jepang
memerlukan tiga atau empat perusahaan kecil. Perusahaan terakhir melakukan tugas untuk
merakit hingga menjadi spion. Keempat perusahaan ini tak mungkin sendiri,
karena satu sama lain merupakan dari rangkain sistem.

Ciri semacam ini bukan khas dominasi dari Toyota, tetapi merupakan
khas dari seluruh perusahaan besar di Jepang. Matsushita misalnya, memiliki
rantai 160 perusahaan, yang masing-masing perusahaan memiliki lagi mata rantai kecil
hingga yang paling kecil yang tidak sedikit jumlahnya. Demikian juga
dengan Sony, Hitachi, dan Mitsubishi, semua mengikuti pola seperti itu.

Sebuah contoh konkret tentang berlakunya aturan main tersebut adalah, soal
terbakarnya pabrik rem milik Toyota di Perfektur Aichi beberapa bulan
lalu. Akibat tidak mungkinnya Toyota memperoleh suplai dari luar
jaringannya, maka perusahaan ini harus menghentikan produksi beberapa hari. Akibatnya Toyota
menderita kerugian milyaran yen, karena harus menunggu salah satu
pensuplai dari lingkungan sendiri memproduksi komponen rem yang diperlukan.

* * *
KEMBALI dalam hubungan antara Jepang dan mitra dagangnya selama ini, jelas
terlihat bahwa pengejaran oleh angsa yang berada di belakang dalam kawanan
angsa menurut flying geese model jelas tidak akan pernah terjadi. Ini
belum lagi jika faktor-faktor lain ikut diperhitungkan sebagai misal, sikap
perusahaan-perusahaan Jepang yang ada kalanya, jelas-jelas menghalangi
negara berkembang untuk melangkah sendiri atau menyalahi garis yang
ditetapkan.

Kasus pengembangan teknologi Mazda tua yang berhasil dilakukan KIA dari
Korsel pada pertengahan tahun 1980-an yang akhirnya menimbulkan kekecewaan
KIA, karena Mazda menolak memberi restu atas teknologi tersebut. Masih
dalam konteks Korsel, dalam industri semi konduktor, sering kali dikatakan koran
bahwa Korsel telah mengalahkan Jepang.

Tapi di luar cerita di koran-koran, ilmuwan Korsel sendiri mengeluh bahwa
akibat ketergantungan pada Jepang, total hasil keuntungan dari penjualan
semi konduktor tersebut ternyata lebih besar dikantungi Jepang
beberapa kali lipat daripada Korsel-nya sendiri.

Barangkali ketidakpuasan yang kini mulai timbul di negara-negara mitra
Jepang di Asia, terutama sekali dalam hal alih teknologi, apakah tidak
mungkin bahwa industri yang ada di negara berkembang tersebut adalah
jaringan keiretsu Jepang. Kalau perkiraan ini salah, pertanyaan yang
timbul selanjutnya, melihat dasar dan rumitnya jaringan keiretsu, serta
aturan atau komitmen-komitmen yang dipegang teguh para anggota, tampaknya hampir
mustahil bagi negara berkembang untuk bisa tumbuh menjadi kekuatan
industri yang mandiri.

Kalau hanya sekadar dilihat dari sisi menumbuhkan lapangan kerja baru,
barangkali kehadiran perusahaan Jepang bisa dianggap bermanfaat. Sisi
lainnya hanya sekadar untuk memperoleh wahana latihan dalam sistem
industri modern, walau hanya sepotong-sepotong.

Jadi sangat keliru jika hubungan bisnis yang terjalin melalui investasi
Jepang di Indonesia selama ini, merupakan rumus efektif untuk memaksa
Jepang melakukan alih teknologi. Setelah proses itu terjadi, kemudian negara
berkembang itu sendiri menjalankan berbagai proses produksi dari awal
hingga akhir. Padahal dalam sistem keiretsu, ibaratnya semua itu tak lebih
hanyalah tangan perusahaan Jepang yang ada di negara berkembang, dari ribuan tangan
yang mengenggam kepingan teknologi dari produk yang dihasilkannya.

Proses tak terjadinya alih teknologi dalam industri otomotif nasional,
sekali pun telah bermitra seperempat abad dengan Jepang, tidak perlu
ditanggapi sebagai kekecewaan. Masalah itu sebenarnya sudah harus disadari
sejak awal, bahwa hal itu memang tidak mungkin pernah terjadi. Kita telah
kehilangan waktu sekitar seperempat abad, karena ketidakjelian lembaga
terkait dalam membaca "nafas bisnis" Jepang yang sesungguhnya yang tetap
berobsesi ingin menjadi saudara tua, cahaya dan pelindung bagi Asia.

Bila ingin menguasai teknologi dan akhirnya menjadi mandiri, Indonesia
mungkin bukan harus menjadi angsa yang adem dan terbang lembut di belakang
dalam formasi huruf "V" terbalik itu. Melainkan harus berubah menjadi
elang yang tangguh. Namun untuk menjadi elang yang tangguh harus ada kepastian
hukum, permainan yang adil dan kompetitif, tidak membuang peluang, menjaga
kewibawaan, performance yang bagus, kesungguhan, serius, dan tidak
menganggap segala sesuatunya sebagai barang mainan sesaat.

Tetapi harus dilihat sebagai sesuatu peluang besar untuk membawa
bangsa ini menjadi mandiri, karena waktu, tenaga, dana dan kehormatan yang
dipertaruhkan untuk menjadi elang itu sudah terlalu besar dikeluarkan.
Kalau semua pengorbanan yang dilakukan oleh seluruh masyarakat ini tak diimbangi
dengan kemampuan yang maksimal, bukan saja si induk angsa beserta
rangkainnya yang menghantamnya, tetapi juga kolega angsa itu ikut
menghantamnya. (Banu Astono/ Yusron Ihza)

Sumber : Kompas

Sepuluh Tip Sukses Right Here, Right Now


Sepuluh Tip Sukses Right Here, Right Now

Sepuluh tahun yang lalu, kalau saya ditanya apakah tip sukses saya,
mungkin saya tidak bisa menjawab. Sekarang, sukses bagi saya bukanlah
ketika buku saya menjadi best-seller atau ketika menerima pujian untuk
artikel ilmiah yang diterbitkan di jurnal terkemuka di Inggris Raya.
Sukses bukan pula ketika saya dan suami berhasil juga membeli rumah di
San Francisco Bay Area dengan keringat sendiri setelah hampir sepuluh
tahun merantau di Negeri Paman Sam.

Sukses bagi saya adalah mindset. Sukses adalah saya; saya adalah sukses.
Sukses bukan tujuan, bukan pula perjalanan. Success is about being dan
becoming.

Berani dan overconfident kedengarannya? Mungkin, yang jelas ribuan
bahkan jutaan manusia "sukses" di dunia alias manusia bermental juara
mempunyai mindset seperti ini.

Apakah Anda perlu menjadi juara tenis tingkat Wimbledon atau juara golf
profesional di PGA Pebble Beach untuk disebut "sukses"? Apakah Anda
perlu mengendarai Corvette dan Lexus SUV hybrid? Jelas tidak.Seorang
bermental juara alias bermindset "orang sukses" bisa jadi hanyalah
seorang salesman saja.

Ambillah contoh Bill Porter, seorang salesman door-to-door dari
Portland, Oregon yang terlahir dengan cerebral palsy. Ia berjalan kaki
setidaknya 10 mil perhari selama 40 tahun dengan tertatih-tatih setiap
hari tanpa mengeluh. Hebatnya, karena tubuhnya bagian kiri tidak bekerja
sebagaimana orang normal, ia sebenarnya sangat sulit untuk berjalan
tegak dan berbicara dengan jelas. (Baca www.billporter.com
<http://www.billporter.com/> , filem Door to Door dan buku berjudul Ten
Things I Learned from Bill Porter oleh Shelly Brady.) Dengan penghasilan
pas-pasan dari seorang salesman rumah ke rumah, jelas di mata orang awam
ia tidaklah termasuk kategori "sukses secara finansial."

Namun, bagi saya, Bill Porter adalah salah satu orang paling sukses di
dunia yang amat sangat saya kagumi. Salah satu cita-cita saya adalah
bertemu muka dengan beliau suatu hari.

Nah, lantas apa resep 10 tip sukses concoction ala Jennie?

Satu, bersyukurlah atas hari ini. "Just to be alive is a grand thing,"
kata Agatha Christie, salah satu novelis detektif terkemuka. Jauhkanlah
perasaan depresi dan sedih tanpa juntrungan. Jalani setiap hari dengan
hati penuh syukur. Ingatlah akan Bill Porter. Kalau dia bisa jadi
seorang salesman berhasil, apapun yang Anda inginkan sebenarnya pasti
bisa tercapai.

Dua, belajarlah seakan-akan Anda akan hidup selamanya, hiduplah
seakan-akan Anda akan mati besok. Mohandas Gandhi pernah berkata
demikian, "Live as if you were to die tomorrow, learn as if you were to
live forever." Belajar terus, upgrade diri terus dengan berbagai cara
baik yang memerlukan effort maupun effortlessly.

Tiga, setiap ketrampilan pasti ada penggunanya. Ini saya dapat dari
salah satu sahabat saya seorang wanita blonda dari San Diego. Sahabat
saya Crystal ini pernah membesarkah hati saya, "There are all kinds of
writers, there are all kinds of readers." Ketika saya down karena merasa
incompetent bertarung dengan penulis-penulis lokal di sini, Crystal
mengingatkan bahwa setiap jenis penulis pasti ada pembacanya (niche).
Find your niche, so you find your place in the world.

Empat, bukalah jalan sendiri, orisinil. Ralph Waldo Emerson once said,
"Do not go where the path may lead, go instead where there is no path
and leave a trail." Jangan latah mengikuti orang lain, dengar kata
hati dan ikutilah jalan yang belum kelihatan.

Lima, belajar mencintai apa yang Anda punyai, bukan berangan-angan akan
apa yang Anda tidak miliki. Use whatever you have at hand, impian hanya
akan menjadi nyata kalau Anda menggunakan instrumen yang kasat mata saat
ini juga.

Enam, lihat apa yang kelihatan dan lihat apa yang belum kelihatan.
Gunakan visi dan misi untuk mengenal apa yang Anda tuju. Seringkali, apa
yang belum kelihatan adalah blue print untuk sukses Anda. Begitu
kelihatan, ia akan menjadi semacam de ja vu.

Tujuh, telan kepahitan hidup dan bersiap-siaplah dalam menyongsong hari
baru. Setiap hari adalah hari baru. Bangunlah tiap pagi dengan hati yang
curious akan apa yang akan Anda alami hari itu. Be excited,
be courageous to start the day.

Delapan, semakin banyak Anda memberi, semakin banyak Anda akan menerima.
The more you give, the more you get in return. Dalam marketing, ini
mungkin disebut sebagai taktik public relations atau publicity. Namun,
dalam kehidupan sehari-hari, ini juga berlaku tanpa diselipi dengan
iming-iming tertentu. Saya sendiri sudah membuktikannya. Semakin banyak
kita memberi (dalam arti luas, tidak terbatas uang dan materi), semakin
besar penghargaan dan berkat yang kita terima.

Sembilan, jadilah mentor diri sendiri. What would Oprah do? Itu yang
saya pakai sebagai ukuran. Saya tidak memilih Nabi atau pembesar negara,
namun seorang wanita berkulit berwarna yang telah membalikkan nasibnya
sendiri menjadi salah satu orang berpengaruh di dunia.

Sepuluh, saya eksis dengan maupun tanpa tubuh saya. Setidak-tidaknya
sekali sehari, saya mengingatkan diri sendiri bahwa hidup ini bukanlah
untuk selamanya. Maka berbuatlah terbaik pada saat ini juga. Jangan
tunggu-tunggu lagi. "Just do it," kata Cher di Farewell Concertnya
beberapa tahun yang lampau. I do my best every chance I have. Berbuatlah
terbaik di setiap kesempatan, karena itu mungkin yang
terakhir.

Ingatlah sukses bukanlah tujuan, bukan pula perjalanan. Sukses adalah
mindset. Bukan hanya cogito er go sum (saya berpikir maka saya ada),
namun sum ego prosperitas (sukses adalah saya).

Sumber: Sepuluh Tip Sukses Right Here, Right Now by Jennie S. Bev.

Rabu, 23 April 2008

EKSOTIK


EKSOTIK
Oleh Kafia Kurnia

Entah kenapa Bali selalu punya aura tersendiri. Seperti pesona sihir yang
magis. Teman saya yang keranjingan tiap bulan ke Bali mengatakan: "Menghirup
udara Bali saja sudah beda banget!" Dan saya selalu tertawa bila
mengingatnya. Kemarin ketika saya tiba di Bali, dan keluar dari airport, hal
pertama yang saya lakukan adalah mengambil nafas dalam-dalam, dan menghirup
habis udara Bali. Memang terasa kelegaan yang luar biasa.

Saat ini Bali kembali marak. Jumlah turis naik terus. Pokoknya semua
kelesuan sejak peristiwa bom Bali terdahulu mulai sirna satu demi satu.
Kalau anda lewat di Kuta, memang banyak terlihat toko yang tutup. Ini
normal. Siklus bisnis yang terus berputar. Karena banyak juga terlihat
berbagai toko yang sedang direnovasi. Patah satu tumbuh seribu. Yang jelas
Bali sedang mengalami sebuah transformasi yang berbeda. Perubahan baru.
Bisnis villa misalnya sedang marak bukan main. Dimana-mana kini kita jumpai
agent property yang ramai menjual villa. Pokoknya punya villa di Puncak buat
orang Jakarta sudah kuno. Yang diburu kini adalah villa bergaya resort di
Bali.

Bukan saja investor domestik yang tergila-gila dengan villa di Bali, tapi
juga investor dari manca negara. Malah kini Bali dijadikan target tempat
pensiun oleh sejumlah pensiunan dari manca negara. Seorang pengusaha
supermarket produk-produk Jepang mengaku bisnisnya lumayan maju karena
banyaknya pensiunan Jepang yang tinggal di Bali. Seorang teman yang sudah
tinggal di Paris selama 35 tahun akhirnya kembali ke Indonesia dan pensiun
di Bali. Ia kini membuka warung masakan Indonesia kecil-kecilan di Sanur.

Lalu apa sih daya tarik Bali yang sesungguhnya ? Buat strategi pemasaran
Bali  jelas ini penting sekali. Karena menentukan positioning Bali yang
sesungguhnya. Iseng-iseng beberapa guide di Bali saya interview. Untuk
mendapatkan "insight" yang pas tentang daya tarik Bali yang sesungguhnya.
Kebanyakan diantara mereka tidak bisa menjawab langsung. Jawabannya
standard, seperti keindahan Bali, pantainya, udaranya, budayanya, dsbnya.
Satu kata yang pas itulah €  ’¶ yang membuat saya penasaran banget.

Beberapa pemandu turis bercerita bahwa turis yang datang ke Bali memang
punya minat yang bermacam-macam. Pernah seorang Yakuza datang ke Bali, dan
minta dicarikan makanan atau masakan yang paling eksotik. Sang pemandu turis
ini bingung bukan main. Karena menurut sang Yakuza, beliau sudah makan
segala macam makanan yang aneh-aneh. Mulai dari ular berbisa, otak monyet,
penis rusa hingga telapak macan. Dalam situasi yang kepepet inilah, akhirnya
secercah ide muncul tiba-tiba. Dan sang Yakuza dibawa kesebuah restoran
seafood, dan diajak makan kodok batu yang digoreng. Lengkap dengan ritual,
dimana sang Yakuza bisa melihat sang kodok disembelih. Rupanya memang sang
Yakuza seumur hidupnya belum pernah makan kodok goreng mentega. Malam itu
berlangsung meriah, sang Yakuza betul-betul menikmati Bali dan memuji Bali
berkali-kali. Dan kata yang masuk kedalam kepala saya adalah satu kata €  ’¶
eksotik.

Ungkapan Bali yang eksotik saya rasakan pada malam harinya. Saya diundang
oleh arsitek beken Indonesia Sindhu Hadiprana, untuk menyaksikan kolaborasi
musik fusi gabungan antara okestra gamelan Semar Pegulingan dengan orkestra
bambu Jegog dari Jembrana. Konon kabarnya wilayah Jembrana didirikan sekitar
tahun 1400'an. Wilayahnya termasuk mulai dari pelabuhan Gilimanuk hingga
pantai Medewi. Dan kota terbesarnya adalah Negara. Jembrana konon kabarnya
tidak pernah menjadi wilayah penting dan strategis untuk diperebutkan. Malah
pernah dalam satu periode wilayah ini diperintah oleh seorang pangeran dari
Sulawesi. Tak heran apabila disini muncul orkestra gamelan yang mirip
kolintang yang terbuat dari bambu dan disebut Jegog.

Orkestra gamelan Semar Pegulingan di Ubud, konon mulai diperkenalkan sejak
tahun 1700'an, sebagai alternatif musik yang lebih manis dan kalem dibanding
orkes gamelan Gong Kebyar yang lebih progresif dan enerjik. Orkestra gamelan
Semar Pegulingan konon terinspirasi oleh orkestra gamelan Gambuh yang
memiliki sejumlah peniup suling. Di orkestra gamelan Semar Pegulingan
biasanya juga ada 6 peniup suling. Nah kedua musik gamelan ini dipromosikan
oleh Sindhu Hadiprana untuk di fusikan. Persis konsep fusi Yin dan Yang.
Semar Pegulingan yang didominasi gamelan logam penuh gemercing menarikan
nada-nada dinamis. Dan Jegog yang terdiri dari bambu menarikan nada-nada
kelembutan yang mistik. Keduanya menjadi irama musik yang sulit dilukiskan
kecuali dengan satu kata €  ’¶ Eksotik ! Barangkali eksotik adalah kata yang
kita cari selama ini. Indonesia yang sangat beragam, mirip sebuah selimut
perca yang tak pernah habis terurai dan selesai didongengkan. Eksotik adalam
fantasi dan imajinasi yang menyatu, membuat Indonesia unik dalam segalanya.

Mengenal Sistem Produksi Tepat Waktu (Just In Time System)


Mengenal Sistem Produksi Tepat Waktu (Just In Time System)


I. Sistem Produksi Barat

Sistem produksi yang paling banyak dipakai saat ini adalah yang berasal
dari Eropa dan Amerika. Sistem produksi tersebut dikenal sebagai sistem
produksi western. Ciri-ciri dari sistem produksi ini antara lain:

* melakukan peramalan dalam menentukan kuantitas produksi,
* melakukan optimasi dalam penjadwalan produksi, penentuan kebutuhan
bahan,
* penentuan kebutuhan mesin, pekerja, dll.
* terdapatnya departemen pengendalian kualitas,
* terdapatnya gudang receiver dan gudang warehouse sebagai penyimpan
* persediaan, dll.

Secara garis besarnya adalah masih terdapatnya unsur- unsur
probabilistik
dalam melakukan keputusan untuk masalah-masalah sistem produksi.
Filosofi
dasar dari sistem produksi western adalah bagaimana mengoptimalkan
unsur-unsur sistem produksi yang tersedia. Hal ini memungkinkan karena
negara-negara barat waktu itu masih memiliki resourcess yang cukup
banyak.

Pada tahun 1970-an terjadi krisis minyak bumi yang sangat mempengaruhi
industri-industri barat sebagai consumer terbesar. Sedangkan Jepang
tidak
begitu terpengaruh krisis tersebut karena Jepang sudah biasa hemat dalam
menggunakan resources khususnya minyak bumi. Akibatnya industri-industri
barat mengalami kemerosotan sedangkan sebaliknya di Jepang justru mulai
muncul.

Pada tahun 1980-an sistem produksi jepang mulai menunjukkan
keunggulan-keunggulannya sedangkan barat justru baru mulai
merekonstruksi
dan merestrukturisasi sistem produksinya baik melalui teknik-teknik
produksinya maupun manajemennya. Pada tahun 1990-an Jepang nampak
berkembang
pesat dan jauh meninggalkan Eropa ataupun Amerika.

II. Sistem Produksi Jepang

Sistem produksi Jepang dikenal dengan nama Sistem Produksi Tepat-Waktu
(Just In Time). Filosofi dasar dari sistem produksi jepang (JIT) adalah
memperkecil ke mubadziran (Eliminate of Waste). Bentuk kemubadziran
antara
lain adalah

Kemubadziran dalam Waktu, misalnya ada pekerja yang menganggur (idle
time),
mesin yang menganggur, waktu transport dalam pabrik tidak efisien,
jadwal
produksi yang tidak ditepati, keterlambatan material, lintasan produksi
yang
tidak seimbang sehingga terjadi bottle-neck, terlambatnya pengiriman
barang,
banyak-nya karyawan yang absen, dsb.

Kemubadziran dalam Material, misalnya terlalu banyak buangan (scraps,
chips) akibat proses produksi, banyak terjadi kerusakan material atau
material dalam proses, banyaknya material yang hilang, material yang
usang,
nilai material yang menurun akibat terlalu lama disimpan, dll.

Kemubadziran dalam Manajemen, misalnya terlalu banyak karyawan kantor,
banyak terjadi mis-informasi antar departemen, banyaknya overlapping
dalam
penugasan, pelaksanaan tugas yang tidak efektif, sulit dalam koordinasi,
dll. Jepang melakukan eliminate of waste karena jepang tidak punya
resources
yang cukup. Jadi dalam setiap melakukan pengambilan keputusan terutama
untuk masalah produksi selalu menganut kepada prinsip efisiensi,
efektifitas
dan produktivitas.

Untuk dapat melaksanakan eliminate waste Jepang melakukan strategi
sebagai
berikut :

- Hanya memproduksi jenis produk yang diperlukan

- Hanya memproduksi produk sejumlah yang dibutuhkan

- Hanya memproduksi produk pada saat diperlukan.

Tujuan utama dari sistem produksi JIT adalah untuk dapat memproduksi
produk
dengan Kualitas (quality) terbaik, Ongkos (cost) termurah, dan
Pengiriman
(delivery) pada saat yang tepat, dan disingkat QCD. Tujuan utama ini
bisa
dicapai jika ketiga unsur berikut dapat dilaksanakan secara terpadu,
yaitu
Melakukan pengendalian kuantitas dengan baik.

Untuk dapat menentukan kuantitas yang tepat maka diperlukan sistem
informasi
yang baik. Sistem informasi untuk memproses produk tersebut di Jepang
dikenal dengan istilah Kanban (kartu berjalan). Pelaksanakan
pengendalian
kuantitas akan berjalan dengan baik jika didukung oleh suplier dan
consumer
yang pasti dan tepat waktu. Jika hal ini dapat dilakukan maka kita akan
dapat mengeliminir waste dalam material sehingga konsep Zerro Inventory
dapat dilaksanakan.

Melakukan pengendalian kualitas dengan baik.
Dalam melakukan pengendalian kualitas di Jepang dikenal dengan istilah
TQC
(Total Quality Control). Tujuannya adalah untuk dapat memenuhi konsep
Zero
Defect. Didalam sistem produksi di jepang tidak ada departemen
pengendalian
kualitas, tetapi yang ada adalah Quality Assurance (jaminan kualitas).
Konsep zero defect tersebut akan dapat berjalan dengan baik jika para
pekerja diberi kewenangan (otonomi), agar tidak memberikan hasil produk
yang
tidak baik ke rekan kerja berikutnya sehingga tidak menyusahkan pekerja
lainnya.

Menjunjung tinggi harkat kemanusiaan karyawan. Didalam sistem produksi
dikenal 5 faktor produksi yang penting agar produksi dapat berjalan
dengan
baik yang dikenal dengan istilah Lima M, yaitu Man, Machine, Material,
Money, dan Method. JIT tidak ingin menganggap Man hanya sebagai salah
satu
faktor produksi saja, tetapi lebih dari itu yakni ingin mengangkat
harkat
karyawan sehingga karyawan tersebut merasa memiliki sebagian dari
perusahaan. Untuk dapat melakukan ini ada 3 cara, yaitu :

a. Otonomi (kewenangan).

Karena karyawan sebagai pelaku dan penentu dalam proses produksi maka
perlu
kewenangan sehingga dapat mengambil keputusan-keputusan sesuai dengan
batasan tugas dan tanggungjawabnya.

b. Flexibility

Karyawan perlu mengetahui dan bisa melakukan pekerjaan- pekerjaan lain
diluar pekerjaannya. Hal ini dilakukan agar dapat mengurangi kebosanan
(boredom) atau kejenuhan dan dapat melakukan subtitusi kerja lainnya
jika
karyawan yang ber-sangkutan absen.

Ditinjau dari segi manajemen adalah menguntungkan dalam segi
pengkoordinasian karena setiap karyawan mengerti akan keterkaitannya dan
tugas-tugas rekan kerjanya yang lain. Dengan cara tersebut akan didapat
karyawan yang bersifat multifungsi. Jika karyawan diarahkan kepada
pekerjaan yang bersifat Spesialisasi saja maka akan muncul hal-hal
negatif
antara lain adalah kesulitan dalam mengkoordinasi karena timbulnya
blok-blok atau pengkotakan antar job-nya masing-masing, tidak ada sifat
gotong-royong dalam bekerja, antara karyawan tidak ada sifat kepedulian,
dll.

c. Creativity

Jika wewenang, tanggung-jawab, job, dan flexibility sudah dimiliki
setiap
karyawan tetapi kreativitas belum tersalurkan maka akan muncul
kejengkelan
atau unek-unek dari karyawan tersebut. Untuk itu perlu adanya penyaluran
kretivitas apakah dalam bentuk Urun rembug, brainstorming, atau yang
lainnya. Dengan demikian akan terbentuk suatu Demokrasi dalam sistem
produksi.

Sebagai penutup dapat dikatakan bahwa JIT sebenarnya berakar pada
ilmu-ilmu
barat. JIT dapat berjalan dan berhasil di Jepang karena didukung oleh
budaya
jepang yang sesuai. Jadi secara tidak langsung Jepang dapat memilih dan
membudidayakan budaya asing yang baik untuk disesuaikan dan dikembangkan
menjadi budayanya.

MSY
IPOMS

4 Tipe Manusia Hadapi Tekanan Hidup


4 Tipe Manusia Hadapi Tekanan Hidup

"Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk
tumbuh" (John Gray)
Hidup memang tidak lepas dari berbagai tekanan. Lebih-lebih, hidup di alam
modern ini yang menyuguhkan beragam risiko. Sampai seorang sosiolog
Ulrich Beck menamai jaman kontemporer ini dengan masyarakat risiko
(risk society). Alam modern menyuguhkan perubahan cepat dan tak jarang
mengagetkan.

Nah, tekanan itu sesungguhnya membentuk watak, karakter, dan sekaligus
menentukan bagaimana orang bereaksi di kemudian hari. Pembaca, pada
kesempatan ini, saya akan memaparkan empat tipe orang dalam menghadapi
berbagai tekanan tersebut. Mari kita bahas satu demi satu tipe manusia
dalam menghadapi tekanan hidup ini.

Tipe pertama, tipe kayu rapuh. Sedikit tekanan saja membuat manusia ini
patah arang. Orang macam ini kesehariannya kelihatan bagus. Tapi, rapuh
sekali di dalam hatinya. Orang ini gampang sekali mengeluh pada saat
kesulitan terjadi.
Sedikit kesulitan menjumpainya, orang ini langsung mengeluh, merasa tak
berdaya, menangis, minta dikasihani atau minta bantuan. Orang ini perlu
berlatih berpikiran positif dan berani menghadapi kenyataan hidup.
Majalah Time pernah menyajikan topik generasi kepompong (cacoon generation).
Time mengambil contoh di Jepang, di mana banyak orang menjadi sangat
lembek karena tidak terbiasa menghadapi kesulitan. Menghadapi orang
macam ini, kadang kita harus lebih berani tega. Sesekali mereka perlu
belajar dilatih menghadapi kesulitan. Posisikan kita sebagai pendamping
mereka.

Tipe kedua, tipe lempeng besi. Orang tipe ini biasanya mampu bertahan dalam tekanan
pada awalnya. Namun seperti layaknya besi, ketika situasi menekan itu
semakin besar dan kompleks, ia mulai bengkok dan tidak stabil. Demikian
juga orang-orang tipe ini. Mereka mampu menghadapi tekanan, tetapi
tidak dalam kondisi berlarut-larut.
Tambahan tekanan sedikit saja, membuat mereka menyerah dan putus asa. Untungnya,
orang tipe ini masih mau mencoba bertahan sebelum akhirnya menyerah.
Tipe lempeng besi memang masih belum terlatih. Tapi, kalau mau
berusaha, orang ini akan mampu membangun kesuksesan dalam hidupnya.

Tipe ketiga, tipe kapas. Tipe ini cukup lentur dalam menghadapi tekanan.
Saat tekanan tiba, orang mampu bersikap fleksibel. Cobalah Anda menekan
sebongkah kapas. Ia akan mengikuti tekanan yang terjadi. Ia mampu
menyesuaikan saat terjadi tekanan. Tapi, setelah berlalu, dengan cepat
ia bisa kembali ke keadaan semula. Ia bisa segera melupakan masa lalu
dan mulai kembali ke titik awal untuk memulai lagi.

Tipe keempat, tipe manusia bola pingpong. Inilah tipe yang ideal dan
terhebat. Jangan sekali-kali menyuguhkan tekanan pada orang-orang ini
karena tekanan justru akan membuat mereka bekerja lebih giat, lebih
termotivasi, dan lebih kreatif. Coba perhatikan bola pingpong. Saat
ditekan, justru ia memantuk ke atas dengan lebih dahsyat. Saya teringat
kisah hidup motivator dunia Anthony Robbins dalam salah satu
biografinya.
Untuk memotivasi dirinya, ia sengaja membeli suatu bangunan mewah, sementara
uangnya tidak memadai. Tapi, justru tekanan keuangan inilah yang
membuat dirinya semakin kreatif dan tertantang mencapai tingkat
finansial yang diharapkannya. Hal ini pernah terjadi dengan seorang
kepala regional sales yang performance- nya bagus sekali.
Bangun network
Tetapi, hasilnya ini membuat atasannya tidak suka. Akibatnya, justru dengan
sengaja atasannya yang kurang suka kepadanya memindahkannya ke daerah
yang lebih parah kondisinya. Tetapi, bukannya mengeluh seperti rekan
sebelumnya di daerah tersebut. Malahan, ia berusaha membangun netwok,
mengubah cara kerja, dan membereskan organisasi. Di tahun kedua di
daerah tersebut, justru tempatnya berhasil masuk dalam daerah tiga top
sales.
Contoh lain adalah novelis dunia Fyodor Mikhailovich Dostoevsky. Pada musim dingin,
ia meringkuk di dalam penjara dengan deraan angin dingin, lantai penuh
kotoran seinci tebalnya, dan kerja paksa tiap hari. Ia mirip ikan
herring dalam kaleng. Namun, Siberia yang beku tidak berhasil
membungkam kreativitasnya.
Dari sanalah ia melahirkan karya-karya tulis besar, seperti The Double dan
Notes of The Dead. Ia menjadi sastrawan dunia. Hal ini juga dialami Ho
Chi Minh. Orang Vietnam yang biasa dipanggil Paman Ho ini harus
meringkuk dalam penjara. Tapi, penjara tidaklah membuat dirinya patah
arang. Ia berjuang dengan puisi-puisi yang ia tulis. A Comrade Paper
Blanket menjadi buah karya kondangnya.

Nah, pembaca, itu hanya contoh kecil. Yang penting sekarang adalah Anda.
Ketika Anda menghadapi kesulitan, seperti apakah diri Anda?
Bagaimana reaksi Anda? Tidak menjadi persoalan di mana Anda saat ini.
Tetapi, yang penting bergeraklah dari level tipe kayu rapuh ke tipe
selanjutnya. Hingga akhirnya, bangun mental Anda hingga ke level bola
pingpong. Saat itulah, kesulitan dan tantangan tidak lagi menjadi suatu
yang mencemaskan untuk Anda. Sekuat itukah mental Anda?

Sumber: 4 Tipe Manusia Hadapi Tekanan Hidup oleh Anthony Dio Martin

HOT .... HOT ..... SO HOT ......


Salah satu tayangan iklan yang cukup heboh di televisi beberapa waktu lalu, adalah iklan produk mie instan yang diberi nama € ¦’³selera pedas€ ¦’´.  Tayangannya memang menarik, di mana diperlihatkan perempuan-perempuan muda berkostum ketat warna merah menyala, meliuk-liuk menarikan tarian dinamis sambil diiringi musik keras dengan lagu yang berlirik: € ¦’³Hot..hot..oh.. so hot..!€ ¦’´ dan seterusnya.

Buat saya, kata € ¦’³HOT€ ¦’´ mempunyai makna tersendiri.  Sebagai kata dasar yang berarti € ¦’³panas€ ¦’´ atau € ¦’³pedas€ ¦’´, maka akan tergambar dengan kuat dalam benak saya sesuatu yang mengandung passion, semangat, gairah serta daya juang yang menggebu-gebu.

Begitulah seharusnya kita hidup di dunia ini.  Tidak peduli siapa kita, apakah kita seorang karyawan profesional ataukah seorang entrepreneur, maka sudah selayaknya kita melakoni kehidupan dengan HOT, penuh passion, penuh semangat, bergairah serta didukung oleh daya juang yang menggebu-gebu.

Bagaimana penjabaran dan implementasinya?  Haruskah setiap hari kita menyisihkan waktu untuk menari-menari secara HOT seperti perempuan di tayangan iklan selera pedas?

Bukan! Bukan begitu.  Menurut saya kata HOT dapat dijabarkan sebagai kependekan dari  3 buah kata, yaitu: Hati  Otak  Tangan´.  Tentu masing-masingnya memiliki makna sendiri-sendiri, yang apabila dipersatukan akan merupakan sebuah paket ampuh yang dapat membawa kita ke jenjang penghidupan sukses.

HATI, menunjukkan integritas, ketulusan dan kejujuran, good attitude, keinginan melayani dan kemauan memberikan nilai tambah.  Anda bisa percaya bahwa dengan satu unsur ini saja, bila semua orang memiliki hati yang baik dan bersih, maka dunia dijamin akan menjadi suatu tempat ternikmat di seantero jagat raya.  Tidak ada kecurangan, tidak ada kejahatan. tidak ada korupsi dan kehidupan menjadi damai dan tenteram.

OTAK, memberi kontribusi soal kecerdasan.  Ada 3 jenis kecerdasan yang bisa dianggap terkait dengan kinerja otak.  Seperti kita tahu, ketiganya terdiri dari: Kecerdasan Intelektual (Intellectual Intelligence=II), Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence=EI) serta Kecerdasan Spiritual (Spiritual Intelligence=SI).

Dengan ketiga jenis intelijensia inilah, kita sebagai manusia akan mampu mewujudkan tidak saja kerja keras, tetapi lebih dari itu kita juga mampu melakukan kerja cerdas. Dan oleh karenanya cita-cita umat manusia untuk senantiasa menciptakan peningkatan kesejahteraan yang menyeluruh dan berkesinambungan, kita yakini dapat tercapai.

TANGAN, merupakan manifestasi dari kerja komitmen dan action. Tiada perubahan yang benar-benar dapat dijelmakan, apabila tidak ada implementasinya di dunia nyata.  Rancangan, rencana, imajinasi atau mimpi akan tetap dalam keadaannya yang intangible (maya, semu, tidak nyata) selama tidak ada perbuatan nyata yang membuatnya menjadi tangible (berwujud).

HOT adalah esensi kehidupan manusia.  Lebih jelasnya, HOT merupakan modal paling hakiki yang dimiliki manusia, yang dengan itu seharusnya kita semua tidak gentar menghadapi segala tantangan kehidupan.  

HOT tidak menyiratkan kata-kata yang terkait dengan uang.  Kalau Anda seorang calon entrepreneur, itu artinya Anda tidak perlu memusingkan soal ketersediaan uang untuk modal memulai usaha.  HOT adalah modal yang sesungguhnya, karena dengan HOT Anda bisa mendapatkan uang.

Kalau Anda seorang profesional, hal ini akan lebih jelas lagi.  Seorang profesional sejati tidak pernah memerlukan uang untuk mendapatkan pekerjaan.  HOT yang Anda milikilah yang memungkinkan Anda dipercaya menduduki sebuah jabatan.  Kecuali, kalau Anda memang seorang profesional tidak qualified, yang biasa melakukan sogok-menyogok untuk memperoleh posisi.

Pada galibnya, kehidupan seorang profesional mau pun seorang entrepreneur tidaklah jauh berbeda.  Keduanya seharusnya tidak memerlukan uang untuk modal bekerja atau berusaha.

Nah, dengan penjabaran ini, semoga Anda menjadi yakin bahwa banyak jalan menuju Roma.  Apa pun jalan yang Anda ambil, profesional kah atau entrepreneur kah, semuanya sama saja.  Anda hanya perlu HOT saat memulai, dan UANG akan datang kemudian.

Selamat bekerja..

Rusman Hakim

Apa sih yang membelenggu Pikiran Saya ?


Apa sih yang membelenggu Pikiran Saya ?

Awal mula saya mengenal dunia adalah sewaktu saya berusia 5 tahun. Saya dijebloskan ke dalam Taman Kanak-Kanak. Nah, di Taman Kanak-Kanak ini saya mengenal apa itu warna, angka dan yang paling asyiiiik adalah bernyanyi dan bermain-main. Inilah awal PIKIRAN dan PERASAAN saya dikenalkan oleh berbagai aturan. Dari cara menggosok gigi, mandi dan berpakaian. Dari CONCIOUS MIND lewat VAKOG terekam dengan sendirinya ke dalam SUB CONCIOUS MIND sehingga HAFAL.

Apa yg mendasari saya dapat menghafal? Karena saya disuruh MELATIH diri mengingat yang diajarkan. Dari awalnya tidak tahu menjadi agak mengetahui, lalu meningkatlah PENGETAHUAN saya, setelah katanya sih sudah DEWASA? Apa iya??? Jawaban yang sesungguhnya adalah makin gak DEWASA. Ya, iyalah
Semakin banyak yang saya ingin ketahui dengan jalan MELATIH DIRI agar saya dapat banyak tahu. Makin dilatih diri ini, TERNYATA SEMAKIN BANYAK yang BELUM saya KETAHUI. Semakin banyak yang saya ingin tahu, maka semakin banyak yang saya tahu. Akhirnya SEMAKIN banyak SAYA TIDAK TAHU.

Inilah yang mengerangkeng PIKIRAN dan PERASAAN saya. Ketika saya tahu bahwa saya tidak mau tahu. Lalu saya tahu dan tidak mau mengerti sehingga tidak mau memahami  hal-hal yang disebabkan oleh PIKIRAN dan PERASAAN yang saya merasa sudah tahu.

Alkisah terdapatlah murid Shaolin yang begitu PATUH dan TAAT pada ATURAN-ATURAN yang ditetapkan oleh Perguruan Shaolin. Suatu saat, Maha Guru Shaolin mengutus dua orang muridnya untuk turun gunung ke kota Raja guna membantu Raja dalam memberantas KEJAHATAN dan membantu yang LEMAH.
Singkat cerita kedua murid itu turun gunung. Kita sebut saja namanya SUTE dan SUHENG. Di tengah perjalanan ketika ingin menyebrangi sungai, terdengar suara sayup-sayup meminta tolong. Ketika didekati suara itu, ternyata seorang putri yang cantik sedang memohon bantuan dan pertolongan untuk dapat menyeberangi sungai. Sebab bila dia menyebrangi sungai maka bajunya yang tipis dan dari sutera itu akan basah kuyup. Woooow tak terbayangkan jika baju itu jika basah!
Sang Sute berkata, "Hai Suheng, kita kan tidak boleh bersentuhan dengan wanita!? Buat apa ditolong!! Hanya akan menghambat perjalanan TUGAS kita. Rupanya tanpa berpikir panjang lagi Sang Suheng membopong Sang Putri itu kebahunya.  Weleh-weleh, kakinya itu, loh. Belum lagi pinggulnya sampai nempel ke pipi Sang Suheng. Maka marahlah Sang Sute bahwa Suhengnya telah melanggar aturan Peguruan Shaolin dan dianggap MURTAD oleh Sang Sute. Setelah menyeberangi sungai, Suhengnya menurunkan Sang Putri dan melanjutkan perjalanan ke Kota Raja.

Dalam perjalanan 8 jam lebih; Sute dan Suheng tidak saling berbicara. Ketika mampir ke sebuah rumah makan. Sang Sute yang sudah tidak tahan lagi berkata, Suheng, saya akan pulang ke Shaolin dan akan saya laporkan perbuatan murtad Suheng ke Guru. Dengan lemah lembut Sang Suheng berkata, Wahai Sute, masalahnya kan aku sudah turunkan 8 jam yang lalu, tetapi kenapa engkau masih menggendong sampai saat ini??
Aku menggendong Putri  hanya selama menyeberangi sungai itu dan sudah kuturunkan, tetapi mengapa engkau masih menggendongnya dalam PIKIRAN & PERASAAN mu bahkan sampai sekarang?

Inilah yang PASTI dan jelas telah MEMBELENGU PIKIRAN &PERASAAN saya, bahwa ternyata saya lebih suka MENGGENDONG masalah dari pada MENYELESAIKAN nya. Kan lebih Asyiiiiiiik jadi Sute ketimbang Suheng yang cuma menggendongnya sebentar saja.
Sebagai manusia yang beradab dan beraturan apakah kita ini perlu kawin atau menikah? Emang ada bedanya?
Mari berilustrasi sedikit. Suatu hari anda melihat seorang gadis bahenol lewat di depan Anda. Bentuk dan warna kostum berwarna merah sangat serasi di badan gadis tersebut. Apalagi suara tertawanya terdengar begitu renyah. Seperti apakah program kata-kata yang akan muncul di dalam PIKIRAN dan PERASAAN anda?

Tidak lama kemudian muncul seorang nenek yang berjalan tertatih-tatih. Hampir seluruh kulit tubuhnya dari wajah hingga ke tangan tidak dapat menutupi kerutan-kerutan karena usia. Ketika nenek ini tersenyum, nampak semua giginya sudah tidak ada. Kali ini, seperti apakah program kata-kata yang akan muncul di dalam PIKIRAN dan PERASAAN anda?
Tak berapa lama, tiba-tiba muncul Ibunda anda sambil tersenyum, Adik perempuan anda dari belakang membuntutinya. Dan beliau bertanya, Halo anakku, sedang apa kamu di depan komputer? Nah, kali ini seperti apakah program kata-kata yang akan muncul di dalam PIKIRAN dan PERASAAN anda? Apakah anda menyadari sama apa ngak PIKIRAN dan PERASAAN yang muncul di antara ketiga kejadian tadi yang tersebut di atas?
Kalau mau buka-bukaan secara blak-blakan. Ketika gadis berbaju merah itu berhasil saya pacarin. Eh, ga lama lalu saya diputusin tanpa sebab. Saya jelas sakit hati. Teman-teman dan orangtua mengatakan, Alaa Pung, ngapain lu pikirin. Cewe satu aja lu dipikirkan. Wong aku ini lagi sakit hati kok disuruh MIKIR. Digoblok-goblokin lagi. Bingungungggg aku
Yaaaaaa gimana bisa MIKIR. Orang saya ini lagi dibelenggu sama PERASAAN kok! Inilah salah satu bentuk KETOLOLAN saya; membiarkan PIKIRAN saya dibelenggu oleh PERASAAN saya. Jadi  sebetulnya PIKIRAN itu ¸kan bebas-bebas saja, tapi yang membelenggunya adalah PERASAAN. Emang enak dibelenggu sama PERASAAN. Tapi emang enak kok. Siapa suruh ?
Yang nyuruh adalah VISUAL saya yang ditutupi KINESTETIK. Maunya sih, VISUAL dan AUDITORIAL  tapi apa daya, dasarnya manusia adalah K. Asyikkk  gendong lebih lama sampai mbeling

Penulis: Pupung SB

DUCK IN THE LAND, DUCK IN THE WATER


DUCK IN THE LAND, DUCK IN THE WATER



Terkadang kita merenung, faktor apakah sebenarnya yang menentukan
kesuksesan seseorang dalam hidup ini?

Kita pasti sudah sering mendengar, bahkan diindoktrinasi secara
keras oleh orang tua, guru, para senior dan lain-lain, bahwa
kesuksesan hidup harus dicapai dengan kerja keras serta
pengorbanan.

Bersakit-sakit lebih dahulu, bersenang-senang kemudian..

Tiada hasil tanpa pengorbanan..

No pain, no gain..

Kalimat-kalimat seperti itu boleh dikatakan sudah menjadi
konsumsi kita sehari-hari. Namun mengapa yang terjadi sejauh ini,
seakan tidak pernah selaras dengannya?  Jangankan sukses dan
bersenang-senang, untuk mencukupi hidup sehari-hari pun rasanya
sudah setengah mati.

Banyak dari kita sudah belasan bahkan puluhan tahun menjalani
kehidupan yang penuh kesakitan dan pengorbanan ini.  Pengorbanan
fisik, pengorbanan finansial atau pun pengorbanan perasaan, tidak
kurang-kurang kita berikan demi meraih kebahagiaan hidup yang
kita dambakan beserta keluarga.  Hasilnya? Tidak ada yang
signifikan.. semua serasa jalan di tempat saja..

Saya jadi teringat akan petuah seorang guru motivasi yang pernah
mengajar saya pada tahun 1986 dan 1987, lebih dari 20 tahun yang
lalu.  Beliau orang Singapura, namanya David Chia.  Dalam salah
satu sesi pelatihannya, David memperkenalkan sebuah analogi yang
dinamakan "DUCK IN THE LAND, DUCK IN THE WATER"
atau "Bebek Di Atas Tanah, Bebek Di Dalam Air".

Apa urusan kita dengan bebek?

Bebek merupakan salah satu jenis binatang yang mendapat berkah
Tuhan, sehingga ia bisa berjalan dan berlari di atas tanah, dan
dapat pula berenang-renang di atas air.  Namun demikian coba
perhatikan, dari dua tempat itu, di manakah bebek tampak paling
bahagia?

David menjelaskan bahwa meski bebek mampu dan tidak bermasalah
untuk berkiprah di atas tanah, namun puncak kebahagiaan hewan ini
justru ketika berenang-renang di atas air.  Di atas airlah seekor
bebek akan merasa bebas sebebas-bebasnya, bercengkerama dan
berselancar ke sana-ke mari sambil membersihkan bulu-bulu
sayapnya yang indah, dan bersikap seakan seisi dunia menjadi
paradiso nan indah ceria baginya.

Fenomena bebek ini menjadi referensi bahwa banyak orang di antara
kita yang selama bertahun-tahun menjalani kehidupan bagai
"DUCK IN THE LAND", atau bebek yang berjalan di
atas tanah.  Kenapa?

Karena mereka telah menjalani pengorbanan yang begitu berat demi
membangun kehidupan, dengan jalan bekerja di bidang-bidang yang
tidak disukai.  Bekerja di suatu tempat di mana kreativitas tidak
dapat berkembang.  Atau bekerja dengan gaji yang tidak mencukupi,
namun tidak pernah berani angkat kaki guna mencari peluang yang
lebih baik.  Dan semua itu, dengan penuh penderitaan dijalani
selama bertahun-tahun tanpa henti.

Kenapa mereka seakan tidak pernah berusaha untuk berontak dari
keadaan status quo, guna mencapai keadaan yang lebih berbahagia
seperti layaknya "DUCK IN THE WATER"?

Sebab, mereka belum menyadari bahwa jalan ke arah itu ada.  Dan
bahwa jalan bahagia itu tidak perlu ditempuh dengan penuh rasa
sakit serta derita.  Dan juga bahwa dunia ini sesungguhnya
tidaklah sesuram yag mereka sangka. Tuhan sudah memberikan
komposisi yang sama baik bagi penderitaan, mau pun bagi
kebahagiaan.  Dan Dia sudah menyerahkan sepenuhnya kepada
manusia, bagian mana yang akan dipilih.  Penderitaankah, atau
kebahagian?

Kehidupan memang hanya masalah pilihan..

Nah, lebih lanjut David memberikan penjelasan bahwa untuk sukses
menemukan kebahagiaan, ada sebuah fomula yang mengatakan:
"Kesuksesan terjadi pada saat kekuatan menemukan tempatnya
yang sesuai.."!  Ini juga yang menjadi analogi:
"DUCK IN THE WATER".. sebagaimana seekor bebek yang
memiliki kekuatan untuk berenang-renang, bertemu dengan air
telaga yang sejuk dan jernih..

Kalau seekor bebek secara naluriah sadar akan kekuatannya dalam
hal berenang di atas air, dapatkah kita menyadari kekuatan apa
yang kita miliki agar bisa mengarahkannya pada situasi lingkungan
yang sesuai?

Andaikata pencarian tentang kekuatan apa yang kita miliki terasa
sulit, ada panduan yang mudah.  Yaitu, tinggalkan aktivitas kita
yang sekarang hanya memberi penderitaan, dan temukan bidang
pekerjaan yang kita sukai.  Kalau perlu, jika kita sekarang
seorang karyawan, jadilah usahawan.  Perdalam kompetensi kita di
bidang tersebut, cermati munculnya kesempatan, rebut peluang dan
jadilah raja di sana.


Semoga kita semua menjadi "DUCK IN THE WATER"..!



Rusman Hakim

AKHIR PEMIKIRAN IBU KARTINI


AKHIR PEMIKIRAN IBU KARTINI

Kartini dianggap sebagai pelopor perjuangan emansipasi di Indonesia. dan
akhir-akhir ini namanya dihubung-hubungkan dengan kata feminisme.
Apa yang terlanjur lekat dengan sosok Kartini sebenarnya hanyalah
sebagian proses hidupnya yang gelisah. Akhir proses kartini tak banyak
terungkap. Pemikiran pada awal prosesnya-lah yang terlanjur lantang
disuarakan sehingga lekat pada namanya. Padahal, menjelang akhir
hayatnya, Pemikiran kartini telah banyak berubah.

KARTINI DULU
Ngga bisa disalahkan kalo ada orang yang beranggapan Kartini
memperjuangkan emansipasi, mendobrak adat, dan berkiblat ke Barat, serta
mengkritisi Islam. Pada awalnya, Kart ini emang demikian. Inilah contoh
surat-suratnya:
"...Orang kebanyakan meniru kebiasaan orang baik-baik, orang baik-baik
itu meniru perbuatan orang yang lebih tinggi pula, dialah orang Eropa"
[surat kepada Stella, 25 Mei 1899]
"Aku mau meneruskan pendidikan ke Holland, karena Holland akan
menyiapkan aku lebih baik untuk tugas besar yang telah aku pilih."
[surat kepada Ny Ovinksoer, 1900]
Tidak heran kalo Kartini punya pemikiran demikian. Gimana lagi? Temen
surat-menyurat Kartini kebanyakan adalah orang barat yang hendak
membaratkan kaum ningrat di Indonesia, dimana tujuan akhirnya adalah
agar mereka tidak melakukan perlawanan terhadap pemerintah Hindia
Belanda pada jaman tersebut. Mari kita simak teman-teman korespodensi
Kartini.  siapa sajakah mereka..?.
1. J.H. Abendon
Abendon ditugaskan oleh Belanda sebagai Direktur Deptemen Pendidikan,
Agama, dan Kerajinan. Abendon banyak meminta nasihat dari Snouck
Hurgronye (seorang orientalis yang pura-pura masuk islam untuk mencari
cara mematikan semangat jihad umat islam di Indonesia). Menurut
Hurgronye, golongan yang paling keras menentang penjajah Belanda adalah
golongan Islam. Memasukkan peradaban Barat dalam masyarakat pribumi
adalah cara yang paling jitu untuk mengatasi pengaruh Islam. Tidak
mungkin membaratkan rakyat, kecuali jika ningratnya telah dibaratkan.
Untuk tujuan itu, langkah pertama yang harus diambil adalah mendekati
kalangan ningrat terutama yang menganut agama Islam untuk kemudian
dibaratkan. Dan Hurgronye menyarankan Abendanon untuk mendekati Kartini.

& nbsp;
2. Stella (Estelle Zeehandelaar)
Seorang wanita Yahudi, anggota militan pergerakan feminis di negeri
Belanda saat itu.

3. Nellie Van Kol (Ny. Van Kol)
Ia adalah seorang penulis yang mempunyai pendirian humanis dan
progresif. Dialah orang yg paling berperan dalam mendangkalkan aqidah
Kartini. Pada awalnya, ia bermaksud untuk memurtadkan Kartini dengan
kedatangannya seolah-olah sebagai penolong yang mengangkat Kartini dari
ketidakpeduliannya terhadap agama.
BERTEMU KYAI SHOLEH DARAT
Selain faktor teman buruk, kaum muslim di sekeliling Kartini juga punya
pemahaman yang salah terhadap Islam. Mereka mengajarkan Islam tanpa
memahamkan apa yang diajarkan. coba kita simak surat kartini kepada
stella berikut ini.
"Bagaimana aku dapat mencintai agamaku kalau aku tidak mengerti dan
tidak boleh memahaminya. Al Qur'an terlalu suci, tidak boleh
diterjemahkan ke dalam bahasa apapun. Disini tidak ada yang mengerti
bahasa Arab. Orang-orang disini belajar membaca Al Qur'an tapi tidak
mengerti apa yang dibacanya. Kupikir, pekerjaan orang gilakah, orang
diajar membaca tapi tidak mengerti apa yg dibacanya." [surat kepada
Stella, 6 Nov 1899]
Perlu diketahui pada waktu pemerintahan Hindia Belanda umat muslim
memang dibolehkan mengajarkan Al Qur'an dengan syarat nggak diterjemahin
alias cuma belajar baca huruf arab (pengaruh ini masih dapat kita jumpai
saat ini, dimana belajar Al-quran dianggap selesai ketika telah mampu
membaca Al-quran dengan lancar sampai akhir walaupun tidak paham
makna-nya -khataman-). Dan ini memang taktik belanda agar orang-orang
Indonesia tidak paham terhadap Al-quran dan akhirnya mereka tidak akan
angkat senjata kepada penjajah kafir belanda.
Suatu ketika Kartini berkunjung ke rumah pamannya, seorang Bupati Demak.
Saat itu sedang berlangsung pengajian bulanan khusus untuk anggota
keluarga. Kartini ikut mendengarkan pengajian bersama wanita lain dari
balik tabir. Kartini tertarik kepada materi yg sedang diberikan, tafsir
Al Fatihah, oleh Kyai Saleh Darat. Setelah selesai pengajian, Kartini
mendesak pamannya agar bersedia untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh
Darat.
Kartini menceritakan bahwa selama hidupnya baru kali itulah dia sempat
mengerti makna dan arti surat Al Fatihah, yang isinya begitu indah
menggetarkan hati. Kemudian atas permintaan Kartini, Kyai Sholeh diminta
menerjemahkan Al Qur'an dalam bahasa Jawa di dalam sebuah buku berjudul
Faidhur Rahman Fit Tafsiril Quran jilid pertama yang terdiri dari 13
juz, mulai surat Al Fatihah hingga surat Ibrahim. Buku itu dihadiahkan
kepada Kartini saat dia (Kartini) menikah dengan R. M. Joyodiningrat,
Bupati Rembang.
Kyai Sholeh meninggal saat baru menerjemahkan jilid pertama tersebut.
Namun, Kartini hal ini sudah cukup membuka pikiran Kartini dalam
mengenal Islam.
Tahu nggak? Sebenarnya ungkapan Habis Gelap Terbitlah Terang itu
sebenarnya Kartini temukan dalam surat Al Baqarah ayat 257, yaitu firman
Allah"...minazh-zhulumaati ilan-nuur" yang artinya "dari
kegelapan-kegelapan (kekufuran) menuju cahaya (Islam)". Oleh Kartini
diungkapkan dalam bahasa Belanda "Door Duisternis Tot Licht". dan
kemudian oleh Armien pane yang menerjemahkan kumpulan surat-surat
Kartini diungkapkan menjadi "Habis Gelap Terbitlah Terang"

KARTINI KEMUDIAN
Kartini yang mulai mengenal islam pun berubah. Pandangannya terhadap
Islam menjadi positif.
"Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain
memandang agama Islam patut disukai"  [surat kepada Ny. Van Kol, 21 Juli
1902].
Kartini kemudian merumuskan arti pentingnya pendidikan untuk wanita,
bukan untuk menyaingi kaum laki-laki seperti yang diyakini oleh pejuang
feminisme dan emansipasi saat ini (sebenarnya lebih cocok disebut
sebagai westernisasi), namun agar para wanita lebih cakap menjalankan
kewajibannya sebagai Ibu. Kartini menulis dalam suratnya:
"Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak
perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak
perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi
karena kami yakin pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar
wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan
alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi Ibu, pendidik manusia yang
pertama-tama." [kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Okt 1902]
Dan tidak hanya itu, pandangannya terhadap Barat pun berubah. Kartini
menulis;
"Dan saya menjawab, Tidak ada Tuhan kecuali Allah. Kami mengatakan bahwa
kami beriman kepada Allah dan kami      tetap beriman kepada-Nya. Kami
ingin mengabdi kepada Allah dan bukan kepada manusia. Jika sebaliknya
tentulah kami sudah memuja orang dan bukan Allah" [kpd Ny. Abendanon, 12
Okt 1902]
"Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu
benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami,
tetapi apakah Ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna?
Dapatkah Ibu menyangkal bahwa di balik hal y ang indah dalam masyarakat
Ibu, terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut
sebagai peradaban?" [surat kepada Ny. Abendanon, 27 Okt 1902]
Kartini meninggal dalam usia muda 25 thn, empat hari
setelah melahirkan putranya. Ia tak sempat belajar Islam lebih dalam.
namun yang patut disayangkan kebanyakan orang mengetahui Ibu Kartini
hanyalah sekedar pejuang emansipasi wanita. Banyak orang yang nggak tahu
perjalanan Kartini menemukan Islam dan perubahan pola pikirnya.

Smoga tulisan ini dapat menggugah kita untuk tahu lebih dalam tentang
IBU KITA KARTINI, daripada sekedar peringatan tahunan tampa makna.

(aboe a disadur dari majalah Elfata)