Rabu, 23 April 2008

EKSOTIK


EKSOTIK
Oleh Kafia Kurnia

Entah kenapa Bali selalu punya aura tersendiri. Seperti pesona sihir yang
magis. Teman saya yang keranjingan tiap bulan ke Bali mengatakan: "Menghirup
udara Bali saja sudah beda banget!" Dan saya selalu tertawa bila
mengingatnya. Kemarin ketika saya tiba di Bali, dan keluar dari airport, hal
pertama yang saya lakukan adalah mengambil nafas dalam-dalam, dan menghirup
habis udara Bali. Memang terasa kelegaan yang luar biasa.

Saat ini Bali kembali marak. Jumlah turis naik terus. Pokoknya semua
kelesuan sejak peristiwa bom Bali terdahulu mulai sirna satu demi satu.
Kalau anda lewat di Kuta, memang banyak terlihat toko yang tutup. Ini
normal. Siklus bisnis yang terus berputar. Karena banyak juga terlihat
berbagai toko yang sedang direnovasi. Patah satu tumbuh seribu. Yang jelas
Bali sedang mengalami sebuah transformasi yang berbeda. Perubahan baru.
Bisnis villa misalnya sedang marak bukan main. Dimana-mana kini kita jumpai
agent property yang ramai menjual villa. Pokoknya punya villa di Puncak buat
orang Jakarta sudah kuno. Yang diburu kini adalah villa bergaya resort di
Bali.

Bukan saja investor domestik yang tergila-gila dengan villa di Bali, tapi
juga investor dari manca negara. Malah kini Bali dijadikan target tempat
pensiun oleh sejumlah pensiunan dari manca negara. Seorang pengusaha
supermarket produk-produk Jepang mengaku bisnisnya lumayan maju karena
banyaknya pensiunan Jepang yang tinggal di Bali. Seorang teman yang sudah
tinggal di Paris selama 35 tahun akhirnya kembali ke Indonesia dan pensiun
di Bali. Ia kini membuka warung masakan Indonesia kecil-kecilan di Sanur.

Lalu apa sih daya tarik Bali yang sesungguhnya ? Buat strategi pemasaran
Bali  jelas ini penting sekali. Karena menentukan positioning Bali yang
sesungguhnya. Iseng-iseng beberapa guide di Bali saya interview. Untuk
mendapatkan "insight" yang pas tentang daya tarik Bali yang sesungguhnya.
Kebanyakan diantara mereka tidak bisa menjawab langsung. Jawabannya
standard, seperti keindahan Bali, pantainya, udaranya, budayanya, dsbnya.
Satu kata yang pas itulah €  ’¶ yang membuat saya penasaran banget.

Beberapa pemandu turis bercerita bahwa turis yang datang ke Bali memang
punya minat yang bermacam-macam. Pernah seorang Yakuza datang ke Bali, dan
minta dicarikan makanan atau masakan yang paling eksotik. Sang pemandu turis
ini bingung bukan main. Karena menurut sang Yakuza, beliau sudah makan
segala macam makanan yang aneh-aneh. Mulai dari ular berbisa, otak monyet,
penis rusa hingga telapak macan. Dalam situasi yang kepepet inilah, akhirnya
secercah ide muncul tiba-tiba. Dan sang Yakuza dibawa kesebuah restoran
seafood, dan diajak makan kodok batu yang digoreng. Lengkap dengan ritual,
dimana sang Yakuza bisa melihat sang kodok disembelih. Rupanya memang sang
Yakuza seumur hidupnya belum pernah makan kodok goreng mentega. Malam itu
berlangsung meriah, sang Yakuza betul-betul menikmati Bali dan memuji Bali
berkali-kali. Dan kata yang masuk kedalam kepala saya adalah satu kata €  ’¶
eksotik.

Ungkapan Bali yang eksotik saya rasakan pada malam harinya. Saya diundang
oleh arsitek beken Indonesia Sindhu Hadiprana, untuk menyaksikan kolaborasi
musik fusi gabungan antara okestra gamelan Semar Pegulingan dengan orkestra
bambu Jegog dari Jembrana. Konon kabarnya wilayah Jembrana didirikan sekitar
tahun 1400'an. Wilayahnya termasuk mulai dari pelabuhan Gilimanuk hingga
pantai Medewi. Dan kota terbesarnya adalah Negara. Jembrana konon kabarnya
tidak pernah menjadi wilayah penting dan strategis untuk diperebutkan. Malah
pernah dalam satu periode wilayah ini diperintah oleh seorang pangeran dari
Sulawesi. Tak heran apabila disini muncul orkestra gamelan yang mirip
kolintang yang terbuat dari bambu dan disebut Jegog.

Orkestra gamelan Semar Pegulingan di Ubud, konon mulai diperkenalkan sejak
tahun 1700'an, sebagai alternatif musik yang lebih manis dan kalem dibanding
orkes gamelan Gong Kebyar yang lebih progresif dan enerjik. Orkestra gamelan
Semar Pegulingan konon terinspirasi oleh orkestra gamelan Gambuh yang
memiliki sejumlah peniup suling. Di orkestra gamelan Semar Pegulingan
biasanya juga ada 6 peniup suling. Nah kedua musik gamelan ini dipromosikan
oleh Sindhu Hadiprana untuk di fusikan. Persis konsep fusi Yin dan Yang.
Semar Pegulingan yang didominasi gamelan logam penuh gemercing menarikan
nada-nada dinamis. Dan Jegog yang terdiri dari bambu menarikan nada-nada
kelembutan yang mistik. Keduanya menjadi irama musik yang sulit dilukiskan
kecuali dengan satu kata €  ’¶ Eksotik ! Barangkali eksotik adalah kata yang
kita cari selama ini. Indonesia yang sangat beragam, mirip sebuah selimut
perca yang tak pernah habis terurai dan selesai didongengkan. Eksotik adalam
fantasi dan imajinasi yang menyatu, membuat Indonesia unik dalam segalanya.

Tidak ada komentar: