Kamis, 29 Mei 2008

Agar Rizki mendapat Keberkahan


AGAR RIZKI MENDAPAT KEBERKAHAN


Oleh
Ustadz Muhammad Arifin Badri


MAKNA KEBERKAHAN
Betapa sering kita mengucapkan, mendengar, mendambakan dan berdo’a untuk mendapatkan keberkahan, baik dalam umur, keluarga, usaha, maupun dalam harta benda dan lain-lain. Akan tetapi, pernahkah kita bertanya, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan keberkahan itu? Dan bagaimana untuk memperolehnya?

Apakah keberkahan itu hanya terwujud jamuan makanan yang kita bawa pulang saat kenduri? Atau apakah keberkahan itu hanya milik para kiyai, tukang ramal, atau para juru kunci kuburan, sehingga bila salah seorang memiliki suatu hajatan, ia datang kepada mereka untuk “ngalap berkah”, agar cita-citanya tercapai?

Bila kita pelajari dengan sebenarnya, baik melalui ilmu bahasa Arab maupun melalui dalil-dalil dalam Al-Qur’an dan Sunnah, kita akan mendapatkan bahwa kata al-barakah memiliki kandungan dan pemahaman yang sangat luas dan agung. Secara ilmu bahasa, al-barakah, berarti berkembang, bertambah dan kebahagian [1]. Imam An-Nawawi rahimahullah berkata : “Asal makna keberkahan, ialah kebaikan yang banyak dan abadi” [2]

DAHULU, SABA MERUPAKAN NEGERI PENUH BERKAH
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang negeri mereka.

“(Negerimu adalah) negeri yang baik dan (Rabbmu) adalah Rabb Yang Maha Pengampun” [Saba : 15]

Ayat diatas berbicara tentang negeri Saba’ sebelum mengalami kehancuran lantaran kekufuran mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan kisah bangsa Saba’, suatu negeri yang tatkala penduduknya beriman dan beramal shalih, maka mereka dilingkupi dengan keberkahan. Sampai-sampai ulama ahli tafsir mengisahkan, kaum wanita Saba’ tidak perlu bersusah-payah memanen buah-buahan di kebun mereka. Untuk mengambil hasil buahnya, cukup menaruh keranjang di atas kepala, lalu melintas di kebun, maka buah-buahan yang telah masak akan berjatuhan memenuhi keranjangnya, tanpa harus memetik atau mendatangkan pekerja untuk memanennya.

Sebagian ulama lain juga menyebutkan, dahulu di negeri Saba’ tidak ada lalat, nyamuk, kutu, atau serangga lainnya. Kondisi demikian itu lantaran udaranya yang bagus, cuacanya bersih, dan berkat rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa meliputi mereka. [3]

Kisah keberkahan yang menakjubkan pada zaman keemasan umat Islam juga pernah diungkapkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah :”Sungguh, biji-bijian dahulu, baik gandum maupun yang lainnya lebih besar dibanding dengan yang ada sekarang, sebagaimana keberkahan yang ada padanya (biji-bijian kala itu, pent) lebih banyak. Imam Ahmad rahimahullah telah meriwayatkan melalui jalur sanadnya, bahwa telah ditemukan di gudang sebagian kekhilafahan Bani Umawi sekantung gandum yang biji-bijinya sebesar biji kurma, dan bertuliskan pada kantung luarnya :”Ini adalah gandum hasil panen pada masa keadilan ditegakkan” [4]

Bila demikian, tentu masing-masing kita mendambakan untuk mendapatkan keberkahan dalam pekerjaan, penghasilan dan harta. Sehingga kita bertanya-tanya, bagaimanakah cara agar usaha, penghasilan dan harta saya diberkahi Allah?

DUA SYARAT MERAIH KEBERKAHAN
Untuk memperoleh keberkahan dalam hidup secara umum dan dalam penghasilan secara khusus, terdapat dua syarat yang mesti dipenuhi.

Pertama. Iman Kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Inilah syarat pertama dan terpenting agar rizki kita diberkahi Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu dengan merealisasikan keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Andaikata penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” [Al-A’raf : 96]

Demikian, balasan Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi hamba-hamba-Nya yang beriman, dan sekaligus menjadi penjelas bahwa orang yang kufur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, niscaya tidak akan pernah merasakan keberkahan dalam hidup.

Di antara perwujudan iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berkaitan dengan penghasilan, ialah senantiasa yakin dan menyadari bahwa rizki apapun yang kita peroleh merupakan karunia dan kemurahan Allah Subhanahu wa Ta’ala , bukan semata-mata jerih payah atau kepandaian kita. Yang demikian itu, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menentukan kadar rizki setiap manusia semenjak ia masih berada dalam kandungan ibunya.

Bila kita pikirkan diri dan negeri kita, niscaya kita bisa membukukan buktinya. Setiap kali kita mendapatkan suatu keberkahan, maka kita lupa daratan, dan merasa keberhasilan itu karena kehebatan kita. Dan sebaliknya, setiap terjadi kegagalan atau bencana, maka kita menuduh alam sebagai penyebabnya, dan melupakan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bila demikian, maka mana mungkin Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberkahi kehidupan kita? Bukankah pola pikir semacam ini yang telah menyebabkan Qarun mendapatkan adzab dengan ditelan bumi? Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Qarun berkata : “Sesunguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak harta kumpulannya ..” [Al-Qashah : 78]

Perwujudan bentuk yang lain dalam hal keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala berkaitan dengan rizki, yaitu kita senantiasa menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika hendak menggunakan salah satu kenikmatan-Nya, misalnya ketika makan.

“Dari Sahabat Aisyah Radhiyallahu ‘anha, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu saat sedang makan bersama enam orang sahabatnya, tiba-tiba datang seorang Arab badui, lalu menyantap makanan beliau dalam dua kali suapan (saja). Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ketahuilah seandainya ia menyebut nama Allah (membaca Bismillah, pent), niscaya makanan itu akan mencukupi kalian”. [HR Ahmad, An-Nasa-i dan Ibnu Hibban]

Pada hadits lain, Nab Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Ketahuilah bahwasanya salah seorang dari kamu bila hendak menggauli istrinya ia berkata : “Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari anak yang Engkau karuniakan kepada kami”, kemudian mereka berdua dikaruniai anak (hasil dari hubungan tersebut, pent) niscaya anak itu tidak akan diganggu setan” [HR Al-Bukhari]

Demikian, sekilas penjelasan peranan iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang terwujud pada menyebut nama-Nya ketika hendak menggunakan suatu kenikmatan, sehingga mendatangkan keberkahan pada harta dan anak keturunan.

Kedua : Amal Shalih

Yang dimaksud dengan amal shalih, ialah menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan syari’at yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah hakikat ketakwaan yang menjadi syarat datangnya keberkahan sebagaimana ditegaskan pada surat Al-A’raf ayat 96 diatas.

Tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan tentang Ahlul Kitab yang hidup pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Dan sekiranya mereka benar-benar menjalankan Taurat, Injil dan (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada mereka, niscaya mereka akan mendapatkan makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka” [Al-Ma’idah : 66]

Para ulama tafsir menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan “mendapatkan makanan dari atas dan dari bawah kaki”, ialah Allah Subhanahu wa Ta’ala akan meielimpahkan kepada mereka rizki yang sangat banyak dari langit dan dari bumi, sehingga mereka akan mendapatkan kecukupan dan berbagai kebaikan, tanpa susah payah, letih, lesu, dan tanpa adanya tantangan atau berbagai hal yang mengganggu ketentraman hidup mereka [5]

Di antara contoh nyata keberkahan harta orang yang beramal shalih, ialah kisah Khidir dan Nabi Musa bersama dua orang anak kecil. Pada kisah tersebut, Khidir menegakkan tembok pagar yang hendak roboh guna menjaga agar harta warisan yang dimiliki dua orang anak kecil dan terpendam di bawah pagar tersebut , sehingga tidak nampak dan tidak bisa diambil oleh orang lain.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirmn.

“Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua anak yatim di kota itu, dan dibawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shalih, maka Rabbmu menghendaki agar mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Rabbmu” [Al-kahfi : 82]

Menurut penjelasan para ulama tafsir, ayah yang dinyatakan dalam ayat ini sebagai ayah yang shalih itu bukan ayah kandung dari kedua anak tersebut. Akan tetapi, orang tua itu ialah kakeknya yang ketujuh, yang semasa hidupnya berprofesi sebagai tukang tenun.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Pada kisah ini terdapat dalil bahwa anak keturunan orang shalih akan dijaga, dan keberkahan amal shalihnya akan meliputi mereka di dunia dan di akhirat. Ia akan memberi syafa’at kepada mereka, dan derajatnya akan diangkat ke tingkatan tertinggi, agar orang tua mereka menjadi senang, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an dan Sunnah’ [6]

Sebaliknya, bila seseorang enggan beramal shalih, atau bahkan malah berbuat kemaksiatan, maka yang ia petik juga kebalikan dari apa yang telah disebutkan di atas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda..

“Sesungguhnya seseorang dapat saja tercegah dari rizkinya akibat dari dosa yang ia kerjakan” [HR Ahmad, Ibnu Majah, Al-Hakim dll]

Membusuknya daging dan basinya makanan, sebenarnya menjadi salah satu dampak buruk yang harus ditanggung manusia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa itu semua terjadi akibat perbuatan dosa umat manusia. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Seandainya kalau bukan karena ulah Bani Israil, niscaya makanan tidak akan pernah basi dan daging tidak akan pernah membusuk” [Muttafaqun ‘alaih]

Para ulama menjelaskan, tatkala Bani Israil diberi rizki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa burung-burung salwa (semacam burung puyuh) yang datang dan dapat mereka tangkap dengan mudah setiap pagi hari, mereka dilarang untuk menyimpan daging-dading burung tersebut. Setiap pagi hari, mereka hanya dibenarkan untuk mengambil daging yang akan mereka makan pada hari tersebut. Akan tetapi, mereka melanggar perintah ini, dan mengambil daging dalam jumlah yang melebihi kebutuhan mereka pada hari tersebut, untuk disimpan. Akibat perbuatan mereka ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menghukum mereka, sehingga daging-daging yang mereka simpan tersebut menjadi busuk. [7]

Demikian, penjelasan dua syarat penting guna meraih keberkahan.

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XII/1429H/2008M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016]
___________
Footnotes
[1]. Al-Misbahul-Munir, 1/45. Al-Qamus Al-Muhith, 2/1236. Lisanul Arab 10/395
[2]. Syarhu Shahih Muslim, oleh An-Nawawi 1/225
[3]. Tafsir Ibnu Katsir, 3/531
[4]. Lihat Zadul Ma’ad, 4/363 dan Musnad Ahmad 2/296
[5]. Tafsir Ibnu Katsir, 2/76
[6]. Tafsir Ibnu Katsir, 3/99
[7]. Ma’alimut Tanzil, 1/97. Syarhu Shahih Muslim 10/59 Fathul Bari 6/411                        

Iman 100 persen


Iman 100 persen

Oleh : Dr. H. Rusli Hasbi, MA


Allah berfirman dalam surat Yasin ayat 12:


إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَءَاثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ


Artinya: "Sesungguhnya Kami menghidupkan orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfudh)" (QS 36:12)


إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى


Kalimat "Inna" adalah perkataan Allah sendiri yang artinya sesungguhnya Kami (Allah), …nahnu nuhyil mauta…yang menghidupkan orang mati. Artinya, tidak ada seorang manusia pun atau ciptaan Allah satu pun yang bisa menghidupkan orang mati, apapun kapasitas dan kekuatan ilmu yang dia miliki, semutakhir apapun alat yang dia miliki. Secanggih apapun ilmu manusia di abad menjelang kiamat sekalipun, mereka pasti tidak akan mampu menghidupkan orang mati atau meniupkan roh dan nyawa kepada makhluk yang telah mati. Kita wajib mengimani dan percaya kepada Allah 100 persen bahwa masalah nyawa bukanlah urusan manusia tapi urusan Allah.

Hal ini juga dapat dipahami secara logika bahwa kita ini adalah manusia yang hidup dengan nyawa pemberian Allah. Nyawa tersebut akan diambil kembali bila waktunya telah tiba. Lalu bagaimana kita mampu memberi nyawa kepada yang lain sementara kita juga pada akhirnya akan kehilangan nyawa yang sangat kita butuhkan itu? Yang mampu memberi nyawa hanyalah yang tidak pernah mati, yaitu Allah Subhanahu wata'ala.


وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَءَاثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِين


Allah mencatat dan mendata semua yang telah mereka lakukan dan mereka berikan sewaktu mereka hidup. Katakanlah umur manusia adalah 100 tahun meskipun itu sangat jarang terjadi, lalu dikurangi 15 tahun usia prabaligh dan 15 tahun masa 'uzur/pikun. Total sisa usia berarti adalah 70 tahun. Selama 70 tahun tersebut apa yang telah kita lakukan dan berikan kepada keluarga, agama, tetangga dan masyarakat kita? Semua itu ada dalam catatan Allah yang disimpan di Lauh Mahfudh. Catatan-Nya tidak pernah salah ataupun hilang. Lain halnya dengan catatan manusia. Komputer misalnya, data-datanya bisa hilang dan rusak kalau terkena virus. Bahkan datanya bisa hilang walaupun tidak terkena virus, ya… misalnya kena banjir, atau tidak sengaja terhapus, macam-macamlah.

Apapun yang kita berikan kepada orang lain akan terus dicatat dan didata oleh Allah swt baik sewaktu kita hidup ataupun setelah kita meninggal. Bila yang kita lakukan semasa kita hidup adalah kebaikan dan kebaikan itu terus dimanfaatkan dan dikenang oleh umat sepeninggal kita, maka pahalanya akan terus mengalir dan catatan kebaikan kita akan terus bertambah. Hal-hal seperti inilah yang akan mengantarkan kita ke pintu surga.

Kesimpulan

Karena itu, berlomba-lombalah berbuat kebaikan dan jangan pernah merasa cukup dengan apa yang telah kita lakukan dan berikan. Boleh jadi kita mengklaim diri kita telah berbuat banyak untuk umat sehingga terkadang kita menjadi sombong dan memuji diri sendiri. Tetapi hati nurani kita tidak bisa dibohongi. Hanya dengan mata hatilah kita bisa melihat apa yang sebenarnya telah kita berikan selama ini. Jangan biarkan mulut yang berbicara tentang apa yang telah kita lakukan, tetapi biarkanlah nurani kita yang berkata. (23/e)

[banyumasan] Sedikit info tentang NPWP


N P W P

http://niarahma.blogspot.com/2006/03/n-p-w-p.html

Mungkin NPWP kerap terdengar ditelinga kita. Apalagi di hari ini kantor
pelayanan pajak penuh dengan para wajib pajak yang menyetorkan
kewajibannya. Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP)?
NPWP adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak (WP) sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban Wajib
Pajak.Awal Maret kemarin aku diwajibkan untuk mempunyai NPWP. Sempat
bingung juga gimana cara buatnya. Setelah searching di internet dan melihat
website pajak akhirnya aku putuskan untuk membuat NPWP di Tegal. Dalam
bayanganku ngurus NPWP itu ribet dan butuh waktu yang lama. Ternyata ngga
lho cukup bawa persyaratan dan dua hari jadi. Dan yang penting lagi
bikinnya itu free alias gratis (iya lah masa orang mau bayar kewajiban
diminta bayar ini itu dulu he he he...).Nah syarat-syarat untuk membuat
NPWP itu gampang kok:
1. Fotocopy KTP/identitas diri
2. Fotocopy Kartu Keluarga
Karena aku belum punya kartu keluarga sendiri, jadi masih ikut KK-nya bapak ^-^
3. SK
Kalo syarat yang ini karena PPh(Pajak Penghasilan)ku sudah dipotong kantor.
4. Mengisi formulir NPWP

Kantor pajak memberi banyak kemudahan diantaranya pengurusan NPWP bisa
diwakilkan tentu saja asal ada Surat Kuasa dari wajib pajak. Aku ambil
kemudahan itu karena NPWP dibuat di kampung halaman sementara aku sendiri
berada di ibu kota jadi NPWP diurusin Bapak(kapan yah ngga ngrepotin orang
tua, segede ini masih aja ngrepotin). Sebenarnya direktorat pajak
menyediakan layanan online yang disebut e-Registration, sayang aku baru tau
fasilitas ini setelah punya NPWP.

Fungsi dari NPWP itu sendiri adalah:

* Untuk mengetahui identitas Wajib Pajak;
* Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan
administrasi perpajakan;
* Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan;
* Untuk memenuhi kewajiban perpajakan, misalnya dalam pengisian SSP;
* Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang
mewajibkan pencantuman NPWP dalam dokumen yang diajukan. Misal: Dokumen
Impor (PPUD, PIUD). Setiap WP hanya diberikan satu NPWP.

------------------------------------------------------
Tata Cara Pendaftaran NPWP dan Pengukuhan PKP
Jum'at, 28 Maret 2008, http://www.pajak.go.id

Ditulis oleh Administrator
Thursday, 27 December 2007 00:07
Telp : 021-500-200

mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan
dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak untuk mendapatkan Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP). NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib
Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan
hak dan kewajibannya. Untuk dapat melihat informasi tersebut, Wajib Pajak
dapat mengasksesnya melalui website Direktorat Jenderal Pajak
http://www.pajak.go.id dengan mengklik Petunjuk "3M" Mendaftar.

Pendaftaran NPWP oleh Wajib Pajak dapat juga dilakukan secara elektronik
yaitu melalui internet disitus Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat
http://www.pajak.go.id dengan mengklik e-registration A (pendaftaran Wajib
Pajak melalui internet), dimana Wajib Pajak cukup memasukan data-data
pribadi (KTP/SIM/Paspor) untuk dapat memperoleh NPWP. Selanjutnya dapat
mengirimkan melalaui posA  fotokopi data pribadi tersebut ke KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau kedudukan Wajib Pajak.

Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian NPWP serta Pelaporan dan Pengukuhan PKP

Wajib Pajak (WP) mengisi formulir pendaftaran dan menyampaikan secara
langsung atau melalui pos ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor
Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) setempat dengan melampirkan:

1. Untuk WP Orang Pribadi Non-Usahawan:

Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau foto kopi paspor ditambah surat
keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau
Kepala Desa bagi orang asing.

2. Untuk WP Orang Pribadi Usahawan:

* Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah
surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah
atau Kepala Desa bagi orang asing;

* Surat Keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari
instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa.

3. Untuk WP Badan:

* Fotokopi akte pendirian dan perubahan terakhir atau surat keterangan
penunjukkan dari kantor pusat bagi BUT;

* Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah
surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah
atau Kepala Desa bagi orang asing, dari salah seorang pengurus aktif;

* Surat Keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang
minimal Lurah atau Kepala Desa.

4. Untuk Bendaharawan sebagai Pemungut/ Pemotong

* Fotokopi KTP bendaharawan;

* Fotokopi surat penunjukan sebagai bendaharawan.

5. Untuk Joint Operation sebagai wajib pajak Pemotong/pemungut:

* Fotokopi perjanjian kerja sama sebagai joint operation;

* Fotokopi NPWP masing-masing anggota joint operation;

* Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah
surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah
atau Kepala Desa bagi orang asing, dari salah seorang pengurus joint operation.

6. Wajib Pajak dengan status cabang, orang pribadi pengusaha tertentu atau
wanita kawin tidak pisah harta harus melampirkan foto kopi surat keterangan
terdaftar.

7. Apabila permohonan ditandatangani orang lain harus dilengkapi dengan
surat kuasa khusus.

Pendafataran NPWP dan PKP Melalui Elektronik (Elektronic Registration)

Pendaftaran NPWP dan PKP oleh Wajib Pajak dapat juga dilakukan secara
elektronik yaitu melalui internet di situs Direktorat Jenderal Pajak dengan
alamat www.pajak.go.id. Wajib Pajak cukup memasukan data-data pribadi
(KTP/SIM/Paspor) untuk dapat memperoleh NPWP. Berikut langkah-langkah untuk
mendapatkan NPWP melalui internet:

1. Cari situs Direktorat Jenderal Pajak di Internet dengan alamat
www.pajak.go.id;

2. Selanjutnya anda memilih menu e-reg (electronic registration);

3. Pilih menu a??buat account barua?? dan isilah kolom sesuai yang diminta ;

4. Setelah itu anda akan masuk ke menu a??Formulir Registrasi Wajib Pajak
Orang Pribadia??. Isilah sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang anda
miliki;

5. Anda akan memperoleh Surat Keterangan Terdaftar (SKT) sementara yang
berlaku selama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran dilakukan. Cetak SKT
sementara tersebut beserta Formulir Registrasi Wajib Pajak Orag Pribadi
sebagai bukti anda sudah terdaftar sebagai Wajib Pajak.

6. Tanda tangani formulir registrasi, kemudian kirimkan/sampaikan langsung
bersama SKT sementara serta persyaratan lainnya ke Kantor Pelayanan Pajak
seperti yang tertera pada SKT sementara anda. Setelah itu anda akan
menerima kartu NPWP dan SKT asli.

Wajib Pajak Pindah

Dalam hal WP pindah domisili atau pindah tempat kegiatan usaha, WP agar
melaporkan diri ke KPP lama maupun KPP baru dengan ketentuan:

1. Wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan

Pindah tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas;
adalah surat keterangan tempat tinggal baru atau tempat kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang baru dari instansi yang berwenang (Lurah atau Kepala Desa)

2. Wajib Pajak Orang Pribadi non usaha

Surat keterangan tempat tinggal baru dari lurah atau Kepala Desa, atau
surat keterangan dari pimpinan instansi perusahaannya.

3. Wajib Pajak Badan.

Pindah tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha; adalah surat keterangan
tempat kedudukan atau tempat kegiatan yang baru dari Lurah atau Kepala Desa.

Penghapusan NPWP dan Persyaratannya

1. WP meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan, disyaratkan adanya
fotokopi akte kematian atau laporan kematian dari instansi yang berwenang;

2. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan,
disyaratkan adanya surat nikah/akte perkawinan dari catatan sipil;

3. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak. Apabila
sudah selesai dibagi, disyaratkan adanya keterangan tentang selesainya
warisan tersebut dibagi oleh para ahli waris;

4. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi, disyaratkan adanya akte
pembubaran yang dikukuhkan dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang;

5. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya
sebagai BUT, disyaratkan adanya permohonan WP yang dilampiri dokumen yang
mendukung bahwa BUT tersebut tidak memenuhi syarat lagi untuk dapat
digolongkan sebagai WP;

6. WP Orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai WP.

Pencabutan Pengukuhan PKP

1. PKP pindah alamat;

2. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi;

3. PKP lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai PKP.

Penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengukuhan PKP dilakukan melalui proses
pemeriksaan.

Pemutakhiran Terakhir ( Friday, 29 February 2008 18:26 )

Ngentut.....


katanya ini ilmiah lho..

1. Dari mana asal kentut ?
Dari gas dalam usus. Gas dalam usus berasal dari udara yang kita
telan, gas yang menerobos ke usus dari darah, gas dari reaksi kimia &
gas dari bakteri dalam perut.

2. Apa komposisi kentut ?
Bervariasi. Makin banyak udara anda telan, makin banyak kadar nitrogen
dalam kentut (oksigen dari udara terabsorbsi oleh tubuh sebelum sampai
di usus). Adanya bakteri serta reaksi kimia antara asam perut & cairan
usus menghasilkan karbondioksida. Bakteri juga menghasilkan metana &
hidrogen. Proporsi masing-masing gas tergantung apa yang anda makan,
berapa banyak udara tertelan, jenis bakteri dalam usus, berapa lama
kita menahan kentut. Makin lama menahan kentut, makin besar proporsi
nitrogen, karena gas-gas lain terabsorbsi oleh darah melalui dinding
usus. Orang yang makannya tergesa-gesa kadar oksigen dalam kentut
lebih banyak karena tubuhnya tidak sempat mengabsorbsi oksigen.
(Makanya jangan suka nahan kentut ).

3. Kenapa kentut berbau busuk ?
Bau kentut karena kandungan hidrogen sulfida & merkaptan. Kedua
senyawa ini mengandung sulfur (belerang). Makin banyak kandungan
sulfur dalam makanan anda, makin banyak sulfida & merkaptan diproduksi
oleh bakteri dalam perut, & makin busuklah kentut anda. Telur & daging
punya peran besar dalam memproduksi bau busuk kentut. Kacang-kacangan
berperan dalam memproduksi volume kentut, bukan dalam kebusukannya.

4. Kenapa kentut menimbulkan bunyi ?
Karena adanya vibrasi lubang anus saat kentut diproduksi. Kerasnya
bunyi tergantung pada kecepatan gas. (Dan diameter lubang anus anda,
hi..hi....)

5. Kenapa kentut yang busuk itu hangat & tidak bersuara ?
Salah satu sumber kentut adalah bakteri. Fermentasi bakteri & proses
pencernaan memproduksi panas, hasil sampingnya adalah gas busuk.
Ukuran gelembung gas lebih kecil, hangat & jenuh dengan produk
metabolisme bakteri yg berbau busuk. Ini kemudian menjadi kentut,
walau hanya kecil volumenya, tapi SBD (Silent But Deadly).

6. Berapa banyak kentut diproduksi sehari ?
Rata-rata setengah liter sehari dalam 14 kali kentut.

7. Mengapa kentut keluar melalui lubang dubur ?
Karena density-nya lebih ringan, kenapa gas kentut tidak melakukan
perjalanan ke atas? Tidak demikian. Gerak peristaltik usus mendorong
isinya ke arah bawah. Tekanan di sekitar anus lebih rendah. Gerak
peristaltik usus menjadikan ruang menjadi bertekanan, sehingga memaksa
isi usus, termasuk gas-nya untuk bergerak ke kawasan yg bertekanan
lebih rendah, yaitu sekitar anus. Dalam perjalanan ke arah anus,
gelembung-gelembung kecil bergabung jadi gelembung besar. Kalau tidak
ada gerak peristaltik, gelembung gas akan menerobos ke  atas lagi,
tapi tidak terlalu jauh, karena bentuk usus yg rumit & berbeit-belit.
(Bayangkan kalo kentut keluar dari lubang hidung).

8. Berapa waktu yang diperlukan oleh kentut untuk melakukan perjalanan
ke hidung orang lain ?
Tergantung kondisi udara, seperti kelembaban, suhu, kecepatan & arah
angin, berat molekul gas kentut, jarak antara 'transmitter' dengan
'receiver'. Begitu meninggalkan sumbernya, gas kentut menyebar &
konsentrasinya berkurang. Kalau kentut tidak terdeteksi dalam beberapa
detik, berarti mengalami pengenceran di udara & hilang ditelan udara
selama-lamanya. Kecuali kalau anda kentut di ruang sempit, seperti
lift, mobil, konsentrasinya lebih banyak, sehingga baunya akan tinggal
dalam waktu lama sampai akhirnya diserap dinding.

9. Apakah setiap orang kentut ?
Sudah pasti, kalau masih hidup. Sesaat setelah meninggalpun orang
masih bisa kentut. (Makanya gak usah malu kalo sering kentut)

10. Betulkah laki-laki kentut lebih sering daripada perempuan ?
Tidak ada kaitannya dengan gender.. Kalau benar, berarti perempuan
menahan kentutnya, & saat kentut banyak sekali jumlah yg dikeluarkan.
(Makanya kentut perempuan lebih bau, ha..ha....)

11. Saat apa biasanya orang kentut ?
Pagi hari di toilet. yang disebut "morning thunder". Kalau
resonansinya bagus, bisa kedengaran di seluruh penjuru rumah.

12. Mengapa makan kacang-kacangan menyebabkan banyak kentut ?
Kacang-kacangan mengandung zat gula yang tidak bisa dicerna tubuh.
Gula tsb (raffinose, stachiose, verbascose) jika mencapai usus,
bakteri di usus langsung berpesta pora & membuat banyak gas. Jagung,
paprika, kubis, kembang kol, susu juga penyebab banyak kentut (bukan
baunya!).

13. Selain makanan, apa saja penyebab kentut ?
Udara yang tertelan, makan terburu-buru, makan tanpa dikunyah, minum
soft drink, naik pesawat udara (karena tekanan udara lebih rendah,
sehingga gas di dalam usus mengalami ekspansi & muncul sebagai kentut).

14. Apakah kentut sama dengan sendawa, tapi muncul dari lain lubang ?
Tidak... sendawa muncul dari perut, komposisi kimianya lain dengan
kentut . Sendawa mengandung udara lebih banyak, kentut mengandung gas yang
diproduksi oleh bakteri lebih banyak.

15. Kemana perginya gas kentut kalau ditahan tidak dikeluarkan ?
Bukan diabsorbsi darah, bukan hilang karena bocor.. Tapi bermigrasi ke
bagian atas menuju usus & pada gilirannya akan keluar juga. Jadi bukan
lenyap, tapi hanya mengalami penundaan.

16. Mungkinkah kentut terbakar ?
Bisa saja. Kentut mengandung metana, hidrogen yang combustible (gas
alam mengandung komponen ini juga). Kalau terbakar, nyala-nya berwarna
biru karena kandungan unsur hidrogen. (Kalo naik gunung, lupa bawa
korek api tapi mau masak indomie, pakai aja kentut buat nyalain kompor)

17. Bisakah menyalakan korek api dengan kentut ?
Jangan mengada-ada. .. konsistensinya lain. Juga suhunya tidak cukup
panas untuk memulai pembakaran.

18. Mengapa kentut anjing & kucing lebih busuk ?
Karena anjing & kucing adalah karnivora (pemakan daging). Daging kaya
akan protein. Protein mengandung banyak sulfur, jadi bau kentut
binatang ini lebih busuk. Lain dengan herbivora seperti sapi, kuda,
gajah, yang memproduksi kentut lebih banyak, lebih lama, lebih keras
bunyinya, tapi relatif tidak berbau. (Makanya lebih baik pelihara
gajah di rumah daripada anjing).

19. Betulkah bisa teler kalau mencium bau kentut 2-3 kali berturut-turut ?
Kentut mengandung sedikit oksigen, mungkin saja anda mengalami pusing
kalau mencium bau kentut terlalu banyak. (Makanya yang punya hobi cium
bau kentut, sebaiknya dikurangin)

20. Apakah warna kentut ?
Tidak berwarna. Kalau warnanya oranye seperti gas nitrogen oksida, akan
ketahuan siapa yang kentut.

21. Kentut itu apakah asam, basa atau netral ?
Asam, karena mengandung karbondioksisa (CO2) & hidrogen sulfida (H2S).

22. Apa yang terjadi kalau seseorang kentut di planet Venus ?
Planet Venus sudah banyak mengandung sulfur (belerang) di lapisan
udaranya, jadi kentut di sanapun tidak ada pengaruhnya.

Sumbangan dari : kang bawor

Minggu, 25 Mei 2008

Terus Berlari, Atau Selamanya Terhenti


Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.

Kita sering diingatkan bahwa selama masih hidup, maka roda kehidupan
masih akan terus berputar. Kadang diatas, dan kadang dibawah. Kita ingin
terus diatas. Namun, hidup memiliki kodratnya sendiri.Yang diperlukan
hidup dari kita bukanlah menghentikan perputarannya, melainkan berlari
bersamanya. Membawa roda itu menuju ketempat yang nilainya tinggi.
Sebab, ditempat yang tinggi, sekalipun bagian roda itu berada dibawah,
tetap saja dia tinggi. Jadi, jika kita bisa memberikan derajat yang
tinggi pada sang roda, maka berada dibagian bawah roda itu bukanlah
masalah. Melainkan, seperti melodi indah dalam simponi naik dan turunnya
irama sebuah orkestra. Itu hanya bisa terjadi jika kita terus berlari.
Sebab, jika kita berhenti, maka kita menjadi terdiam seperti mati.

Pagi itu, embun masih enggan untuk beranjak pergi. Menutupi rumput tebal
yang menghampar diseluruh permukaan padang golf yang menghijau. Hujan
semalam menyisakan sunyi. Juga dingin yang memanjakan. Sementara
burung-burung mulai sibuk bernyanyi tralala-trilili, tak seorangpun saya
temui dipagi buta seperti ini. Kesendirian memberi ruang untuk menikmati
semuanya tanpa ada yang menyela. Nyanyi riang para burung bergabung
dengan gemuruh deburan ombak dikejauhan. Bersama suara derak renyah dari
pergesekan antara alas sepatu dengan landasan semen disepanjang jogging
tract yang saya telusuri. Benar-benar damai. Begitu membuai hingga tanpa
terasa padang golf sudah berganti dengan bibir pantai yang terjal. Embun
bergulat dengan geliat sinar mentari, namun keringat disekujur tubuh
saya bercucuran tanpa kompromi. Tak ada dingin. Melainkan kehangatan
yang memenuhi hati.

Sesampai diujung terjauh tebing itu, kita tidak perlu berlari lagi.
Inilah ujung dunia itu. Tempat pertemuan antara muara sungai dengan
tanah dimana kaki berpijak, dan lautan yang mendeburkan suara ombak.
Tempat dimana kita bisa membenamkan diri didalam kedamaian. Tempat
dimana lagu laut bersenandung merdu merayu kita agar mendekat. Hingga
akhirnya berhadapan langsung dengan sang ombak. Berdiri diatas batu
karang kehitaman yang berdiri tegak. Terpukau oleh sisa-sisa air pasang
semalam. Terpikat oleh ikan-ikan kecil yang terperangkap disela-sela
genangan. Siput-siput terpaku dalam bisu. Dan rumput-rumput laut
menyajikan hamparan bak beludru.

Ketika saya melompat dari satu batu karang ke batu karang lainya,
tiba-tiba saja ada sebuah kesadaran baru. Ternyata, tempat saya berpijak
bukanlah benar-benar batu karang. Melainkan setumpuk kulit kerang yang
mengeras, melapisi permukaan batu karang itu. Lama-lama, saya menyadari
bahwa selama jutaan tahun alam telah menghidupi batu karang itu dengan
sisa-sisa kulit kerang. Lalu mereka memosil. Dan akhirnya menjadi bagian
tak terpisahkan dari struktur batu itu. Tapi, ada satu tanya nyaris tak
berjawab dibenak saya; 'Mengapa alam begitu rajin mengumpulkan kulit
kerang itu?' Dengan telaten membawanya ketempat itu. Dan teramat
terampilnya menata kulit kerang itu sebegitu rapi. Tetapi, benarkah
mereka melakukannya? Jika bukan, lantas siapa? Yang pasti, itu bukan
perbuatan ikan-ikan. Bukan tindakan ombak yang bercipratan. Bukan pula
nelayan. Siapa?  Saya tidak tahu.

Semakin kuat memendam keingintahuan, semakin terkubur saya dalam rasa
penasaran. Formasi itu terlalu indah untuk diabaikan. Hingga akhirnya,
saya terdorong untuk mencongkel kulit kerang itu. Namun, tangan ini tak
kuasa untuk membongkar batu karang. Dia terlalu tangguh. Terlampau kokoh
untuk sekedar membuatnya goyah. Saya mencobanya sekali lagi, kali ini
menggunakan sebongkah batu. Namun, kulit kerang itu tidak hendak lepas
dari pelukan sang batu karang. Mereka begitu menyatu, hingga enggan
dipisahkan. Saya memukulkan batu itu terlampau keras ketika salah satu
kulit kerang terpecah. Padahal, saya ingin dia utuh. Bukan hancur
seperti itu.

Namun, penyesalan saya berubah menjadi ketakjuban. Ternyata, dibalik
kulit kerang yang pecah itu bersembunyi seonggok daging. Daging kerang.
Ternyata, kerang-kerang yang saya anggap hanya sisa-sisa sebuah
kehidupan itu sesungguhnya masih hidup. Ternyata, mereka bukan setumpuk
cangkang. Melainkan sebuah spesies kerang yang hidup dengan cara
menempelkan dirinya dibatu karang. Berapa lama mereka harus terpaku
disitu? Seumur hidup. Sejak lahir, hingga menjemput kematian.
Orang-orang di Bali menamakan spesies kerang itu 'kritip'.
Yaitu, kerang yang menyerahkan diri kepada batu karang. Dan mereka
menjadi bagian dari bertumbuh dan berkembangnya sang batu karang.

Saya tercenung. Memandang kearah laut yang teramat luas. Membayangkan
bahwa angin telah mengantarkan sang ombak untuk menjelajah seluruh
penjuru dunia. Mereka-reka bahwa para ikan sudah bepergian kesemua tepi
bumi. Dan para kura mengembara kemana-mana. Sementara para kritip, hanya
tinggal diam terpaku disitu. Tiba-tiba saja, saya menyadari, bahwa hidup
kita seperti kritip. Terpaku pada sesuatu yang kita anggap sebagai
kenyamanan. Menjadikan kita takut untuk menantang hidup. Meski seperti
halnya samudera luas itu, hidup sungguh menyediakan berbagai macam
peluang. Menyajikan banyak hal yang lebih baik daripada tempat dimana
kita berada kini. Namun, kita enggan meninggalkan kenyamanan ini dan
melintasi rintangan demi pencapaian kita yang berikutnya.  Dan kita
mengatakan; "sudahlah, saya sampai disini saja". Sehingga sang
waktu yang telah menempuh perjalanan begitu jauh, hanya membawa kita
ketempat yang sama. Tidak. Kita tidak boleh seperti itu lagi. Kita harus
bersedia berhenti dari berhenti. Untuk kembali berlari. Dan terus
berlari lagi.

Tiba-tiba saja saya teringat tentang jebakan zona kenyamanan. Comfort
zone. Seolah tengah kembali diajarkan sang kritip. Dan begitulah pula
manusia pada umumnya. Ketika kita sampai kepada sebuah tempat dimana
kita merasa nyaman, maka kita menjadi enggan untuk beranjak dari tempat
itu. Sehingga, gagasan tentang 'keluar dari zona kenyamanan'
semakin terdengar seperti sebuah lelucon. Cobalah tengok, pencapain kita
hari ini. Apakah masih sama dengan yang hari kemarin? Berbedakah dengan
apa yang bisa kita wujudkan tahun lalu? Jangan-jangan, semuanya masih
seperti yang dulu-dulu. Kita memang ikut penjelajahan sang waktu. Namun,
kita hanya diam disitu. Padahal, hidup tidak pernah berhenti menawarkan
banyak hal baru. Seperti samudera yang bersedia membawa kita mengembara
keseluruh penjuru dunia. Tapi, karena kita terpesona dengan sang zona
kenyamanan, maka kita memutuskan untuk berhenti. Kemudian menyerahkan
diri, seperti sang kritip memasrahkan hidupnya kepada sang batu karang.
Hingga tidak jelas lagi perbedaan antara hidup dengan mati.
Sampai-sampai, kita ragu apakah kita ini masih hidup, atau sudahkah kita
mati.

Zona kenyamanan juga mengisyaratkan kita tentang memberi nilai kepada
hidup itu sendiri. Kita, merasa nyaman dengan perilaku-perilaku kita.
Meskipun itu buruk, namun kita enggan meninggalkan keburukan itu. Walau
tahu itu merugikan orang lain, tapi kita keberatan menghentikannya. Biar
itu merendahkan diri, kita meneruskannya juga. Hingga kita berani
berkata; "Mencari uang dengan cara curang saja sudah susah, apalagi
melakukannya dengan kejujuran?" Kita percaya bahwa ombak dihadapan
kita itu terlampau berbahaya. Jadi, kita memilih berdiam diri seperti
sang kritip. Kita percaya bahwa menjadi orang jujur itu menyusahkan
hidup, maka kita memilih terpenjara dalam kecurangan.

Memang, selama ini saya sering bertanya; mengapa orang tidak gampang
untuk sadar? Ternyata sebenarnya mereka sadar. Seorang pencuri, sadar
bahwa mencuri itu bukan tindakan yang baik. Seseorang yang mengambil
uang bukan haknya sadar bahwa tindakannya melanggar norma-norma.
Seseorang yang menindas orang lain sadar bahwa perbuatannya tidak
mencerminkan nilai luhur dirinya sebagai seorang manusia. Namun, kita
merasa bahwa tinggal selamanya dalam kubangan perbuatan-perbuatan itu
sebagai cara teraman, dan ternyaman. Sebab, dengan begitu kita bisa
mendapatkan banyak uang secara instan. Mudah. Dan melimpah. Sedangkan,
jika meninggalkan cara itu, dan mulai berenang didalam ombak;
tantangannya terlalu berat. Belum tentu kita bisa bertahan dalam terpaan
gelombang kehidupan itu. Jangan-jangan, kita akan mati tenggelam. Jadi,
mengapa kita harus meninggalkan kebiasaan-kebiasaan ini? Padahal, sang
kritip mengatakan; "Kamu akan mati, jika berhenti dalam kubangan
itu. Yang mati bukan dirimu. Tapi hatimu. Lalu hati itu memosil. Dan
kemudian mengeras, serupa kerasnya  batu karang......."

Hore,

Hari Baru!

Dadang Kadarusman

http://www.dadangkadarusman.com/ <http://www.dadangkadarusman.com/>

Catatan Kaki:

Kita mengira roda kehidupan ini terus berputar seiring beranjaknya sang
waktu. Namun setelah bertahun-tahun lamanya, ternyata kita masih disini.
Mungkin, inilah saatnya bagi kita untuk berhenti dari berhenti. Dan
kembali berlari.

Bukti Bahwa Kita Pernah Ada


Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.

Sekalipun tidak pernah melihat dinosuarus secara langsung, anda
percaya bahwa mahluk itu memang pernah menghuni bumi kita. Apakah
anda juga percaya bahwa mahluk-mahluk dalam film fiksi ilmiah
seperti naga penyembur api dan kuda unicorn benar-benar pernah ada
dibumi ini? Saya yakin anda sependapat bahwa itu hanyalah mahluk
khayalan belaka. Anda tidak pernah melihat langsung dinosaurus.
Tidak juga unicorn atau naga. Tetapi, mengapa anda yakin bahwa
dinosaurus pernah ada sedangkan yang lainnya sekedar dongeng saja?
Itu karena kita semua dapat menemukan jejak dinosaurus berupa fosil-
fosil yang ditinggalkannya. Naga dan Unicorn? Tidak. Kesimpulannya
tentu saja; Ada bukti bahwa dinosaurus pernah ada. Lantas, bagaimana
dengan kita?

Alkisah, Tuhan mengijinkan setiap orang beriman yang sudah meninggal
untuk berkunjung ke dunia. Hanya satu kali. Hanya satu hari. Mereka
boleh menggunakan kesempatan itu untuk melakukan apa saja didunia
ini. Biasanya mereka berkunjung menemui sanak famili dan orang-orang
terkasihnya, untuk sekedar melakukan satu hal yang ingin
dilakukannya terakhir kali. Namun, mereka tidak bisa berkomunikasi
kecuali dengan anak-anak kecil. Karena kebanyakan orang dewasa tidak
bisa merasakan kehadirannya. Salah satu dari orang beriman itu
keluar dari pintu sorga, lalu terbang menuju rumah dimana orang-
orang yang dikasihinya tinggal. Sesampai didepan rumah, dia mengetuk
pintu sambil berucap salam.

"Bunda, ada tamu." Kata cucunya yang lucu. Bundanya bilang "Mana?"
Lalu dia kembali kedapur. Sekali lagi orang beriman itu mengucap
salam. "Ayah, ada tamu." Kata sang cucu lagi. Ayahnya tersenyum.
Lalu melanjutkan membaca koran. Orang itu sekali lagi mengucap
salam. Dan kali ini sang cucu membalas salamnya sambil berlari
kearah pintu. "Kakek!?" katanya berseru seraya memeluk kakeknya yang
sudah sangat lamaaaaaaaa sekali tidak bertemu. Mereka berpelukan.

"Aku kangen sama kakek.....," kata anak itu. Tiba-tiba saja dari
sudut mata sang kakek mengalir air mata sebening kaca. Kembali
terbayang saat-saat dimana dia menggendong cucunya ketika masih
bayi. Membimbingnya untuk belajar berjalan. Mengajarinya naik
sepeda. Menemaninya bermain ditaman. Rasanya, dia masih ingin
menjalani semuanya itu. Tetapi, waktunya hanya satu hari saja.
Sejenak, dia berpikir tentang apa yang akan dilakukannya bersama
sang cucu tercinta. Dia ingin itu menjadi saat paling istimewa bagi
cucunya. Dia ingin itu menjadi bekal paling berarti bagi
kehidupannya kelak. Dan dia ingin, kesempatan terakhir yang
dimilikinya menjadi warisan paling bermakna darinya.

"Cucuku," katanya dengan penuh kasih. "Kakek ingin mengajakmu
berjalan-jalan."
"Naik sepeda seperti dulu, Kek?" Mata cucunya berbinar-binar.
"Tidak," kata sang kakek."Kita akan terbang...." lanjutnya kemudian.

Sang cucu berteriak kegirangan. "Horeeeee aku akan terbang. Aku akan
terbang!" serunya sambil berlari-lari dari ruang tamu. Lalu ke
dapur. Ke halaman belakang. Kemana-mana. "Aku akan terbang bersama
kakek," katanya lagi. Bunda dan Ayahnya geleng-geleng kepala sambil
tersenyum."Ayah, Bunda, aku mau terbang bersama kakek ya?" suara
renyahnya memenuhi udara. Sekali lagi Ayah dan Bunda saling
bepandangan. Lalu mereka tersenyum. Dan; "Iya, sayang. Titip salam
sama kakek ya..." kata Bunda sambil mencubit pipinya yang tembem.
Anak itu lari kehalaman depan. Memeluk kakeknya. Lalu mereka terbang.

Dari ketinggian, mereka melihat gedung menjulang. Gedung yang indah.
Lagi megah. "Lihatlah gedung itu Cucuku," katanya. Sang cucu
melihatnya dengan kagum. Ribuan orang keluar masuk gedung itu,
sambil sesekali mereka berdecak kagum atas keindahannya. "Dulu,
kakek ikut membangun gedung itu," katanya. Dan benar, diantara
dinding yang kokoh anak itu melihat sidik jari kakeknya. Lalu mereka
kembali terbang.

Tiba-tiba, mereka melihat sebuah taman yang indah. "Lihatlah taman
itu Cucuku," kata sang Kakek. Sang cucu melihatnya dengan takjub.
Ribuan orang asyik  bermain ditaman itu. "Dulu, kakek ikut menanam
pepohonan disana," katanya. Dan benar, ketika mereka melintas diatas
taman itu, semua pohon yang dulu ditanam sang kakek merunduk penuh
hormat. Lalu, mereka kembali terbang.

Dari atas sana, mereka melihat jembatan panjang. Melintang diatas
sungai yang lebar lagi dalam. "Lihatlah jembatan itu Cucuku," kata
sang kakek. Ribuan kendaraan berlalu lalang diatasnya. "Dulu Kakek
ikut menancapkan tiangnya," Dan benar, ketika mereka terbang
diatasnya, tiang-tiang jembatan itu membungkuk khidmat. Lalu, mereka
terbang kembali.

Sepanjang hari itu, sang kakek menunjukkan kepada cucunya semua hal
yang sudah dibangunnya ketika dia masih hidup. Dan sang cucu begitu
terkagum-kagum atas semua pencapaian yang sudah dibuat oleh
kakeknya. Lalu dia berkata; "Aku ingin seperti Kakek," katanya.
"Oh, ya?" jawab sang Kakek.

"Kalau aku sudah menjadi kakek-kakek nanti," kata anak itu, "Aku mau
membawa cucuku terbang."
"Oh, ya?" kata sang kakek.

"Aku mau tunjukkan kepadanya semua yang pernah kubuat semasa
hidupku."
"Kamu akan membangun gedung-gedung seperti kakek?" katanya.
"Tidak." jawab sang cucu.
"Taman?"
"Tidak."
"Jembatan?"
"Tidak."

"Lantas, apa?"
"Aku mau membangun apa saja yang bisa membuktikan bahwa aku pernah
ada." kata cucunya dengan mantap.

"Kakek belum mengerti apa yang kamu katakan, Cucuku." kata sang
kakek dengan penuh kebanggaan.
"Aku ingin agar semua orang bisa mengenang aku meskipun aku sudah
meninggal kelak, Kek."
"Oh, ya?"
"Iya." katanya. "Seperti orang-orang yang saat ini mengagumi semua
yang pernah kakek buat dimasa kakek hidup dulu."

Kakeknya tersenyum bahagia. Bermanfaat sudah waktu satu hari yang
Tuhan berikan kepadanya. Dihadapannya kini berdiri seorang anak
kecil yang siap melakukan sesuatu dalam hidupnya. Sesuatu yang layak
dikenang. Sesuatu yang patut dikagumi. Sesuatu yang pantas diingat.
Sesuatu yang membuktikan bahwa dia pernah ada.

"Mari kita pulang Cucuku," kata sang kakek. Lalu mereka kembali
terbang.

Hari sudah malam ketika mereka tiba dirumah. Dan saat anak itu
berada dihadapan Ayah dan Bunda, mereka seolah-olah terkejut
karenanya. "Darimana saja kamu, Nak?" kata mereka dengan cemas.

"Aku habis terbang bersama, Kakek." kata anak itu.
"Jangan main-main, Nak." kata mereka. "Kamu tidak boleh lagi pergi
seperti itu."
Anak itu tersenyum. "Baiklah, Bunda." katanya. "Tapi kalau aku sudah
besar nanti," lanjutnya. "Aku akan membuat sesuatu yang menjadi
bukti bahwa aku pernah ada."

Ketika anak kecil itu tertidur pulas, Ayah dan Bunda memandang
wajahnya yang bening dalam tidur penuh senyum. Ayah Bunda saling
pandang, lalu mereka berkata;"Bukti bahwa kita pernah ada?" Ya.
Bukti bahwa kita pernah ada.

Hore,
Hari Baru!
Dadang Kadarusman
http://www.dadangkadarusman.com/

Catatan Kaki:
Kakek masih sesekali datang melalui mimpi-mimpi saya. Dengan
wajahnya yang teduh. Dan tutur katanya yang halus. Beliau memandang
dari kejauhan, seolah-olah berbisik; "bukti, bahwa kita pernah
ada....".

Rabu, 07 Mei 2008

Catur dalam Sejarah Islam


Di Indonesia, catur termasuk olahraga yang lumayan populer. Di setiap
sudut wilayah kita dapat menjumpai orang bermain catur. Entah untuk
mengisi waktu, entah untuk mempererat pertemanan. Saat perayaan hari
kemerdekaan, catur juga hamper pasti ikut dipertandingkan. Selain
persiapannya mudah, biaya murah, bisa diterapkan di lingkungan RT/RW,
catur juga bisa dimainkan oleh siapa saja. Bahkan bagi beberapa orang,
olahraga otak ini punya gengsi tersendiri.

Gambaran seperti di atas tentu berbeda dengan masa olahraga ini saat
pertama dimainkan. Dahulu catur hanya dimainkan oleh para raja di
istana. Makanya, kala itu catur sering disebut sebagai the royal game.

Soal negara asal catur, masih ada silang pendapat. Menurut H. J. R.
Murray, penulis buku History of Chess (1913), catur berasal dari India
dan mulai ada pada abad ke-6. Di sana catur dikenal dengan nama
chaturanga, yang artinya empat unsur yang terpisah. Awalnya, buah
catur memang hanya empat jenis. Menurut mistisisme India kuno, catur
dianggap mewakili alam semesta ini, sehingga sering dihubungkan dengan
empat unsur kehidupan, yaitu api, udara, tanah dan air karena dalam
permainannya, catur menyimbolkan cara-cara hidup manusia.

Dalam permainannya, catur mengandalkan analisa dan ketajaman otak
pemain, disertai keterampilan strategi dalam menentukan langkah,
rencana, risiko, dan menentukan kapan harus berkorban agar menang.

Namun, pendapat Murray itu dibantah Muhammad Ismail Sloan, yang banyak
mempelajari sejarah catur. Menurut Sloan, jika catur ditemukan di
India, seharusnya permainan itu disebut-sebut dalam
literatur-literatur Sanskrit. Kenyataannya, tak ada satu pun literatur
Sanskrit di India yang menyebutkan soal permainan catur sebelum abad
ke-6. Sebaliknya, para pujangga Cina sudah menyebutkan permainan ini
salam syair-syair mereka, 800 tahun sebelumnya.

Jadi, menurut Ismail Sloan, di Cinalah catur pertama kali dimainkan.
Tapi pada waktu itu bentuk arena caturnya tidak kotak-kotak, melainkan
bulat-bulat. Buah caturnya juga hanya terdiri atas empat jenis, yaitu
raja, benteng, ksatria (kuda), dan uskup (gajah).

Baru pada abad ke-6, catur dibawa orang Islam dari India dan Persia ke
seluruh penjuru dunia. Konon, di zaman kekhalifahan Ali bin Abu
Tholib, catur merupakan permainan yang populer dimainkan. Bahkan
mungkin juga oleh Khalifah Ali sendiri. Ada pula yang menyebutkan
bahwa panglima perang Nabi Muhammad, Khalid bin Walid juga menggemari
catur. Barangkali ini ada hubungannya dengan kelihayannya mengatur
strategi perang.

Juga ada seorang sahabat Nabi yaitu Said bin Jubair yang terkenal bisa
bermain blindfold (catur buta, bermain tanpa melihat papan catur). Di
zaman kekhalifahan Islam berikutnya, seperti Khalifah Harun Al-Rasyid
pun diketahui pernah menghadiahkan sebuah papan catur kepada seorang
raja di Eropa, pendiri dinasti Carolia, yaitu Charlemagne.

Pada abad ke-8 ketika bangsa Moor menyebarkan Islam ke Spanyol, catur
mulai menyebar ke daratan Eropa hingga sampai di jerman, Italia,
Belanda, Inggris, Irlandia, dan Rusia. Di Nusantara, olahraga otak ini
dibawa oleh bangsa Belanda pada waktu penjajahan dulu. Awalnya, hanya
orang Belanda yang bermain catur, tapi menjelang kemerdekaan, mulailah
banyak pribumi yang memainkannya.

Dalam sejarah catur bangsa Eropa telah banyak mengembangkan permainan
catur ini, antara lain dengan membuat papan caturnya berwarna hitam
dan putih. Ini terjadi kira-kira abad-10. Sebelumnya, kotak-kotak itu
berwarna sama. Malah sering orang membuat arena permainan catur ini di
atas pasir atau di mana saja yang bisa diberi garis. Dari Eropa ini
juga dibuat peraturan bahwa pion boleh maju dua kotak pada langkah
pertama dan menteri (ratu) boleh bergerak lebih leluasa baik maju ke
depan maupun diagonal.

Perlahan catur mengalami perkembangan. Dari nama, bentuk, serta
peraturan permainannya. Kesemuanya itu mewakili simbol perubahan
peradaban.

sumber tulisan, http://dedipanigoro.blogspot.com



Konsep Kebahagiaan dalam Islam


Oleh: Ustadz Abdul Latief

Kondisi senantiasa bahagia dalam situasi apa pun, inilah yang senantiasa dikejar oleh manusia. Manusia ingin hidup bahagia. Hidup tenang, tenteram, damai, dan sejahtera. Sebagian orang mengejar kebahagiaan dengan bekerja keras untuk menghimpun harta. Dia menyangka bahwa pada harta yang berlimpah itu terdapat kebahagaiaan. Ada yang mengejar kebahagiaan pada tahta, pada kekuasaan. Beragam cara dia lakukan untuk merebut kekuasaan. Sebab menurutnya kekuasaan identik dengan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kehidupan. Dengan kekuasaan seseorang dapat berbuat banyak. Orang sakit menyangka bahagia terletak pada kesehatan. Orang miskin menyangka bahagia terletak pada harta kekayaan. Rakyat jelata menyangka kebahagiaan terletak pada kekuasaan. Dan sangkaan-sangkaan lain.

Lantas apakah yang disebut"bahagia' (sa'adah/happiness)?
Selama ribuan tahun, para pemikir telah sibuk membincangkan tentang kebahagiaan. Kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di luar manusia, dan bersitat kondisional. Kebahagiaan bersifat sangat temporal. Jika dia sedang berjaya, maka di situ ada kebahagiaan. Jika sedang jatuh, maka hilanglah kebahagiaan. Maka. menurut pandangan ini tidak ada kebahagiaan yang abadi dalam jiwa manusia. Kebahagiaan itu sifatnya sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia. Inilah gambaran kondisi kejiwaan masyarakat Barat. Mereka senantiasa dalam keadaan mencari dan mengejar kebahagiaan, tanpa merasa puas dan menetap dalam suatu keadaan.

Islam menyatakan bahwa "Kesejahteraan" dan "kebahagiaan" itu bukan merujuk kepada sifat badani dan jasmani insan, bukan kepada diri hayawani sifat basyari; dan bukan pula suatu keadaan hayali insan yang hanya dapat dinikmati dalam alam fikiran belaka. Kesejahteraan dan kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan diri akan hakikat terakhir yang mutlak yang dicari-cari itu - yakni: keyakinan akan Hak Alloh Ta'ala - dan penuaian amalan yang dikerjakan oleh diri berdasarkan keyakinan itu dan menuruti titah batinnya. Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu. Bilal bin Rabah merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannya meskipun dalam kondisi disiksa. Imam Abu Hanifah merasa bahagia meskipun harus dijebloskan ke penjara dan dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat menjadi hakim negara. Para sahabat nabi, rela meninggalkan kampung halamannya demi mempertahankan iman. Mereka bahagia. Hidup dengan keyakinan dan menjalankan keyakinan.

Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannva. Sedang apa yang di sisi Alloh adalah lebih baik dan lebih kekal. Apakah kamu tidak memahaminya? Menurut al-Ghazali, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia berhasil mencapai ma'rifatullah", telah mengenal Alloh SWT. Selanjutnya, al-Ghazali menyatakan :
"Ketahuilah bahagia tiap-tiap sesuatu bila kita rasakan nikmat, kesenangan dan kelezatannya maka rasa itu ialah menurut perasaan masing-masing. Maka kelezatan (mata) ialah melihat rupa yang indah, kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu, demikian pula segala anggota yang lain dan tubuh manusia.

Ada pun kelezatan hati ialah ma'rifat kepada Alloh, karena hati dijadikan tidak lain untuk mengingat Tuhan. Seorang rakyat jelata akan sangat gembira kalau dia dapat herkenalan dengan seorang pajabat tinggi atau menteri; kegembiraan itu naik berlipat-ganda kalau dia dapat berkenalan yang lebih tinggi lagi misalnya raja atau presiden. Maka tentu saja berkenalan dengan Alloh, adalah puncak dari segala macam kegembiraan. Lebih dari apa yang dapat dibayangkan oleh manusia, sebab tidak ada yang lebih tinggi dari kemuliaan Alloh. Dan oleh sebab itu tidak ada ma'rifat yang lebih lezat daripada ma'rifatullah. Ma'rifalullah adalah buah dari ilmu. Ilmu yang mampu mengantarkan manusia kepada keyakinan. bahwa tiada Tuhan selain Alloh" (Laa ilaaha illallah). Untuk itulah, untuk dapat meraih kebahagiaan yang abadi, manusia wajib mengenal Alloh. Caranya, dengan mengenal ayat-ayat-Nya, baik ayat kauniyah maupun ayat qauliyah.

Banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan manusia memperhatikan dan memikirkan tentang fenomana alam semesta, termasuk memikirkan dirinya sendiri.Disamping ayat-ayat kauniyah. Alloh SWT juga menurunkan ayat-ayat qauliyah, berupa wahyu verbal kepada utusan-Nya yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw. Karena itu, dalam QS Ali Imran 18-19, disebutkan, bahwa orang-orang yang berilmu adalah orang-orang yang bersaksi bahwa "Tiada tuhan selain Alloh", dan bersaksi bahwa "Sesungguhnya ad-Din dalam pandangan Alloh SWT adalah Islam."

Inilah yang disebut ilmu yang mengantarkan kepada peradaban dan kebahagiaan. Setiap lembaga pendidikan. khususnya lembaga pendidikan Islam. harus mampu mengantarkan sivitas akademika-nya menuju kepada tangga kebahagiaan yang hakiki dan abadi. Kebahagiaan yang sejati adalah yang terkait antara dunia dan akhirat. Kriteria inilah yang harusnya dijadikan indikator utama, apakah suatu program pendidikan (ta'dib) berhasil atau tidak. Keberhasilan pendidikan dalam Islam bukan diukur dari berapa mahalnya uang hayaran sekolah; berapa banyak yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri dan sebagainya. Tetapi apakah pendidikan itu mampu melahirkan manusia-manusia yang beradab yang mengenal Tuhannya dan beribadah kepada Penciptanya.

Manusia-manusia yang berilmu seperti inilah yang hidupnya hahagia dalam keimanan dan keyakinan yang hidupnya tidak terombang-ambing oleh keadaan. Dalam kondisi apa pun hidupnya bahagia, karena dia mengenal Alloh, ridho dengan keputusanNya dan berusaha menyelaraskan hidupnya dengan segala macam peraturan Alloh yang diturunkan melalui utusan-Nya.

Karena itu kita paham, betapa berbahayanya paham relativisme kebenaran yang ditaburkan oleh kaum liberal. Sebab, paham ini menggerus keyakinan seseorang akan kebenaran. Keyakinan dan iman adalah harta yang sangat mahal dalam hidup. Dengan keyakinan itulah, kata Igbal, seorang Ibrahim a.s. rela menceburkan dirinya ke dalam api. Penyair besar Pakistan ini lalu bertutur hilangnya keyakinan dalam diri seseorang. lebih buruk dari suatu perbudakan.

Sebagai orang Muslim, kita tentu mendambakan hidup bahagia semacarn itu; hidup dalam keyakinan: mulai dengan mengenal Alloh dan ridho, menerima keputusan-keputusan-Nya, serta ikhlas menjalankan aturan-aturan-Nya. Kita mendambakan diri kita merasa bahagia dalam menjalankan sholat, kita bahagia menunaikan zakat, kita bahagia bersedekah, kita bahagia menolong orang lain, dan kita pun bahagia menjalankan tugas amar ma'ruf nahi munkar.

Dalam kondisi apa pun. maka "senangkanlah hatimu!" Jangan pernah bersedih."Kalau engkau kaya. senangkanlah hatimu! Karena di hadapanmu terbentang kesempatan untuk mengerjakan yang sulit-sulit melalui hartamu. "Dan jika engkau fakir miskin, senangkan pulalah hatimu! Karena engkau telah terlepas dari suatu penyakit jiwa, penyakit kesombongan yang sering menimpa orang-orang kaya. Senangkanlah hatimu karena tak ada orang yang akan hasad dan dengki kepadamu lagi, lantaran kemiskinanmu..." "Kalau engkau dilupakan orang, kurang masyhur, senangkan pulalah hatimu! Karena lidah tidak banyak yang mencelamu, mulut tak banyak mencacimu..."

Mudah-mudahan. Alloh mengaruniai kita ilmu yang mengantarkan kita pada sebuah keyakinan dan kebahagiaan abadi, dunia dan akhirat. Amin.

Bebaskan Rumah Muslim Dari Asap Rokok!


Oleh Muhammad Ashim bin Musthofa

Sungguh sangat memprihatinkan, pemandangan sejumlah kaum muslimin yang asyik menyulut rokok di serambi masjid. Padahal, biasanya hal-hal yang berbau asap, hanya di jumpai di tempat-tempat kotor (pembuangan sampah) dan polusi, seperti di terminal, jalanan atau tempat lainnya yang sejenis.

Bahkan orang-orang yang telah ditokohkan oleh masyarakat tidak lepas dari kebiasaan “membakar diri” ini. Tidak mengherankan bila rokok menjadi sesuatu yang gampang dicari, barangnya maupun penggemarnya. Bahkan kegemaran merokok ini pun terbawa saat menunaikan ibadah haji, sehingga menjadi melekat pada jama’ah haji Indonesia. Karena memang, ada saja jama’ah haji Indonesia yang nekad menyulut rokok di dekat pintu keluar Masjidil Haram. Maka pantas saja, dalam salah satu selebaran yang dibagikan cuma-cuma di sana, memuat pelanggaran-pelanggaran yang kerap dilakukan oleh jama’ah haji Indonesia, di antaranya adalah merokok. Sungguh sangat memprihatinkan sekali.

ALLAH MEMERINTAHKAN KITA AGAR MENGKONSUMSI YANG BAIK-BAIK

Demikianlah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang ditujukan kepada para rasul-Nya dan kaum mukminin. Satu perintah yang sudah pasti bersumber dari rahmat dan kasih Allah Subhanhu wa Ta’ala kepada para hamba-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” [Al-Mukminun : 51]

Syaikh Abdur-Rahman As-Sa’di rahimahullah menjelaskan, salah satu kandungan ayat diatas menyatakan, bahwa para rasul secara keseluruhan sepakat membolehkan makanan-makanan yang baik-baik dan mengharamkan barang-barang yang buruk.[1]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar hanya kepada Allah kamu menyembah” [Al-Baqarah : 172]

Sebagaimana kita ketahui, makanan yang thayyib (baik) sangat menunjang kesehatan jasmani dan ruhani Begitu pula dari kacamata kesehatan, asupan makanan yang memenuhi gizi seimbang (sehat) sangat penting bagi kesehatan tubuh. Adapun dari segi ruhani, makanan yang thayyib mempunyai andil dalam menata “organ tubuh dalam” bagi manusia, hingga jiwanya pun menjadi baik, tunduk patuh kepada Rabbnya, menyukai kebaikan dan berlomba untuk meraihnya. Jadi ath-thoyyibat (makanan-makanan yang baik), ialah yang diperbolehkan oleh Allah, berupa makanan-makanan yang bermanfaat bagi jasmani, akal dan perilaku. Setiap yang bermanfaat itulah makanan yang thayyib. Adapun makanan-makanan yang berbahaya, itu semua termasuk khabis (buruk) [2].

Sisi ini, benar-benar menjadi sandaran dalam menentukan masalah tahlil (penghalalan) dan tahrim (pengharaman) dalam agama Islam yang hanif. Syaikh Shalih Al-Fauzan menggariskan kaidah dalam masalah ini, yaitu :”Setiap barang yang suci yang tidak mengandung madharat (bahaya) apapun, dari jenis biji-bijian, buah-buahan, (daging) binatang, itu halal. Dan setiap benda yang najis, seperti bangkai, darah atau barang yang tercemar najis, dan setiap yang mengandung madharat, semisal racun dan sesuatu yang serupa dengannya, hukumnya haram” [3]

ORIENTASI UMUM HUKUM-HUKUM ISLAM (MAQASHIDUSY SYARI’AH)

Tidak diragukan lagi, jika syari’at Islam yang lurus, misinya ialah mendatangkan kemaslahatan dan menyempurnakannya, serta menampik seluruh kejelekan dan menekannya sekecil mungkin. Dalam Islam, ini merupakan prinsip yang penting, Ibnu Taimiyah rahimahullah acap kali menyatakan, bahwa syari’at (Islam) datang untuk menyuguhkan seluruh kemaslahatan dan melengkapinya, dan menghentikan seluruh kerusakan dan memperkecilnya [4]. Sehingga, segala hal yang baik, atau kebaikannya rajihah (dominan), maka syari’at memerintahkannya. Adapun sebuah perkara yang benar-benar jelas keburukannya, atau keburukannya rajihah (lebih kuat), maka syari’at akan melarangnya. [5]

Termasuk kaidah dan prinsip umum di atas, yaitu kaidah yang berbunyi : La dharara wala dhirar (tidak boleh menciptakan bahaya bagi diri sendiri dan membahayakan orang lain), adh-dhararu yuzal (bahaya harus dihilangkan).

BETULKAH ROKOK BARANG YANG BURUK?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, secara jelas dapat kita lihat, dalam setiap kemasan dan tayangan iklan produk rokok, baik di media cetak maupun elektronik, selalu tertera pesan berupa peringatan yang baik, yaitu ; merokok dapat mengakibatkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. Sehingga tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa rokok memang mengandung banyak bahan kimia yang membahayakan bagi manusia.

Ironisnya , “pesan atau peringatan baik” ini hanya sekedar pesan yang bersifat simbolis semata, bahkan sangat tidak efektif. Keberadaan pesan tersebut sama saja antara ada dan tidak adanya. Padahal telah diakui oleh para ahli, banyak bahaya yang ditimbulkan oleh sebatang rokok.

BAGAIMANA PULA DENGAN SYARIAT ISLAM?

Islam sangat menghormati jiwa. Karena itu, jika dalam kondisi yang benar-benar darurat, kita diharuskan makan meskipun barang tersebut haram. Begitu pula Islam melarang bunuh diri, dan lain sebagainya. Islam juga sangat menghargai akal manusia. Oleh sebab itu, Islam melarang benda-benda yang dapat menghilangkan kesadaran, baik yang hissi (benda padat semacam minuman keras, misalnya) atau bersifat maknawi, semacam judi, musik dan menyaksikan obyek-obyek yang diharamkan. Dan Islam juga benar-benar memperhatikan kesucian dan keselamatan an-nasl (keturunan). Maka, dianjurkan untuk menikah, persaksian dalam pernikahan, perhatian kepada anak-anak, melarang pernikahan dengan wanita pezina, larangan ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan perempuan), dan sebagainya.[6]

Coba kita membandingkan nilai-nilai luhur dalam Islam ini, yang masuk dalam bingkai pemeliharaan dharuriyyatul-khams (lima perkara primer) dengan pesan atau peringatan yang melekat dalam setiap kemasan bungkus rokok. Hasinya, sangat bertentangan. Apalagi jika menghitung banyaknya uang yang dibelanjakan untuk membeli rokok, maka semakin jelas kebiasaan merokok sangat berseberangan dengan spirit pemeliharaan harta dalam Islam (hifzul mal).

BAWANG ATAUKAH ROKOK YANG MENYISAKAN BAU LEBIH BUSUK PADA MULUT ORANG?

Menyoal kegunaan bawang, setiap orang sudah mengetahui, hingga kelezatan kebanyakan makanan tidak lepas dari rempah-rempah ini. Akan tetapi harus dimengerti, yakni bagi orang yang mengkonsumsinya dalam keadaan mentah, ia tidak boleh masuk dan menghadiri shalat berjama’ah di masjid, sampai bau menyengat bawang dari mulutnya hilang.

Dari sahabat Ibnu Umar, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada hari penaklukan Khaibar.

“Baragsiapa yang makan dari pohon ini –yaitu bawang putih- janganlah ia mendekati masjid kami”.[7]

Dari Jabir bin Abdillah, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Barangsiapa makan bawang putih atau bawang merah, hendaknya ia menjauhi kami (atau berkata), hendaknya ia menjauhi masjid kami dan duduk saja di rumahnya”

Dalam riwayat lain.

“Barangsiapa yang makan dari tanaman yang busuk ini : beliau (juga) pernah mengatakan barangsiapa makan bawang merah, bawang putih dan bawang bakung, hendaknya ia jangan mendekati masjid kami. Sebab malaikat terganggu dengan barang yang manusia terganggu dengannya” [8]

Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman menyimpulkan, dalam hadits-hadits ini terdapat keterangan dibencinya makan bawang merah dan bawang putih ketika akan mendatangi masjid. Hal ini, karena Islam merupakan agama yang peduli dengan perasaan orang lain, menganjurkan bau yang normal dan moral yang baik. Tergolong dalam hukum ini juga, yaitu bawang putih, bawang merah dan jenis bawang bakung, serta setiap makanan yang mengandung bau tidak enak dan jenis lainnya.

Beliau menambahkan : Hukum –dalam masalah ini- di pelataran masjid dan tempat yang berada di dekatnya sama. Karena itu, Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata dalam khutbahnya : “Kemudian kalian, wahai orang-orang yang makan dari dua tanaman ini. Aku tidaklah mengangapnya, kecuali khabits (buruk), (yaitu) bawang merah dan bawang putih ini. Aku pernah melihat Rasulullah, bila beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjumpainya baunya dari seseorang di dalam masjid, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeluarkannya sampai Baqi. Barangsiapa memakannya hendaknya mematikan baunya dengan dimasak (dahulu)” [9]

Oleh karena itu, sebagian ulama mengatakan, setiap orang yang pada dirinya terdapat bau tidak enak, membuat orang lain terganggu, harus dikeluarkan dari masjid, meski harus dengan menyeret tangan dan kakinya, bukan dengan menarik jenggot dan rambutnya. Demikian yang termuat dalam (kitab) Majalis Al-Abrar. [10]

Imam An-Nawawi rahimahullah memasukkan hadits-hadits tersebut di atas dalam judul “Bab larangan bagi orang yang makan bawang putih dan bawang merah, atau bawang bakung dan makanan sejenis yang mempunyai bau tidak sedap dari mendatangi masjid, sampai baunya hilang dan dikeluarkan dari dalam masjid”.

Begitu pulalah yang terjadi dengan orang yang merokok. Kebiasan menghisap rokok telah menyisakan bekas bau busuk. Sehingga keberadaaan orang tersebut di tempat mulia, seperti rumah-rumah Allah dihalangi untuk sementara. Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman menyamakan hukumnya dengan hukum memakan bawang mentah. Disebabkan, terdapat kesamaan pada keduanya. Yaitu bau tidak enak yang menyengat.

Beliau berkata, “Faktor penyebab larangan menghadiri shalat jama’ah (bagi orang yang memakan bawang mentah) adalah bau yang busuk, sebagaimana tertuang pada sebagian hadits, dan terganggunya malaikat oleh apa saja yang mengganggu anak Adam, sperti terkandung dalam beberapa hadits, maka sesungguhnya, hukum rokok pun diikutsertakan dengan bawang merah dan dan bawang putih. Bahkan rokok, baunya lebih menusuk” [11]

Syaikh Bin Baz rahimahullah berkata : “Hadits ini dan hadits shahih lainnya yang semakna, menujukkan dibencinya (makruh) seorang muslim mendatangi shalat jama’ah, selama bau busuk masih kentara pada dirinya. Baik, karena usai makan bawang merah atau putih, atau makanan yang berbau tajam lainnya. Seperti juga rokok , sampai baunya sirna. Selain rokok mengandung bau yang busuk, hukumnya (juga) diharamkan, (yakni dengan) menilik banyaknya bahaya yang terkandung di dalamnya, dan keburukannya yang sudah diketahui. Rokok masuk dalam konteks firman Allah.

"Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk” [Al-A’raf : 157]

Dalam ayat lain.

"Mereka menanyakan kepadamu : “Apakah yang dihalalkan bagi mereka”. Katakanlah : Dihalalkan bagimu yang baik-baik” [Al-Maidah : 4]

Dan sudah diketahui, rokok bukan termasuk barang yang baik.Oleh karenanya, dapat dimengerti kalau rokok termasuk barang haram bagi umat ini” [12]

Kandungan surat Al-A’raf ayat 157 ini sudah cukup untuk menunjukkan kepada orang-orang yang berakal mengenai haramnya rokok. Ayat tersebut hanya membagi makanan dan minuman ke dalam dua jenis saja : tidak ada jenis yang ketiga. Makanan yang baik-baik diperbolehkan, dan makanan yang buruk diharamkan. Sekarang ini, siapakah yang berani mengatakan jika rokok itu baik dengan mempertimbangkan baunya, harta yang habis untuk membelinya, serta bahaya-bahaya fisik ataupun ekonomi yang muncul darinya?” [13]

Dalam Tanbihatun Ala Ba’dhil Akhtha ‘Allati Yaf’alluha Ba’dhul Mushallin. Syaikh Abdullah bin Al-Jibrin berkata : “Terhadap pemakaian sesuatu yang menyebabkan bau busuk lagi dibenci oleh penciuman manusia, seperti rokok, syisyah (merokok dengan cerobong panjang yang dijumpai di wilayah Arab) yang lebih buruk dari bawang merah dan bawang putih, yang menyebabkan para malaikat dan para jama’ah terganggu, maka kewajiban para jama’ah shalat, agar datang (ke masjid) dengan aroma yang enak, jauh dari hal-hal yang buruk”.

TERAPI MELEPASKAN DIRI DARI ROKOK

Dalam kitab Min Adhrari-Muskirati wal Mukhaddirat, Syaikh Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al-Jarullah, memberikan kiat bagi para pecandu rokok, agar terlepas dari kebiasaan buruk ini. [14]

Syaikh memberikan terapi.

[1]. Ketahuilah berdasarkan konsesus para dokter, merokok merupakan salah satu cara penganiayaan anda kepada tubuh anda yang indah.

[2]. Kenalilah bahaya-bahaya merokok ditinjau dari kesehatan, sosial dan ekonomi, dan sadarilah, Mulailah memikirkan untuk meninggalkannya, dan bulatkan tekad disertai tawakal kepada Allah.

[3]. Buatlah satu daftar harian tentang keburukan-keburukan rokok terhadap diri anda dan kawan-kawan anda.

[4]. Jauhilah sebisa mungkin bergaul dengan para perokok dan dari bau rokok. Usahakan hidup dalam suasana udara yang segar dan sibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat.

[5]. Gunakan siwak atau benda untuk menggosok gigi, atau dengan lainnya, jika anda merasakan keinginan kepada rokok.

[6]. Konsumsilah segelas juice lemon, anggur dan jeruk. Karena bisa mengeliminasi hasrat merokok.

[7]. Merokok juga merupakan kebiasaan yang bisa berubah. Artinya, meninggalkan rokok bukan perkara mustahil.

[8]. Bila anda ingin membeli atau mengkonsumsinya, pikirkanlah, apakah ia halal ataukah haram? Apakah bermanfaat ataukah mengandung bahaya? Apakah termasuk barang yang baik ataukah keji? Maka anda akan menjumpai jawaban, bahwa rokok itu haram, berbahaya dan barang yang keji.

[9]. Kalau anda ragu-ragu untuk meninggalkan rokok, sungguh telah banyak orang yang telah berhasil memutuskan untuk tidak merokok. Artinya, putus hubungan dengan rokok bukan kejadian mustahil.

[10]. Anda harus menyadari bahwa rokok sulit untuk dikatakan bukan barang haram, karena melihat dampak buruknya bagi perokok aktif maupun pasif.

[11]. Memohon pertolongan kepada Allah agar memudahkan bebas dari jeratan rokok

ENGKAU TELAH MENYAKITI KAMI DENGAN ASAP ROKOK

Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman mengatakan, bahwa kebiasaan merokok termasuk dapat merusak kehormatan, dikarenakan hukumnya haram. Binatang-binatang pun tidak menyukainya. Bau busuknya telah mengganggu banyak manusia, dan malaikat terganggu dengan sesuatu yang mengganggu manusia. Terlebih lagi jika memperhatikan bahaya-bahaya yang tidak terhitung jumlahnya. Rokok tidak dikonsumsi, kecuali memperlihatkan gambaran yang buruk menurut pandangan para ulama (rabbani). Akan tetapi, orang-orang kebanyakan begitu terjerat olehnya. Sampai ada yang berbuka puasa dengan menghisap rokok terlebih dahulu, atau untuk memulai makan atau minum. La haula wala quwwata illa billah. [15]

Sehingga, bila masih saja ada seseorang yang membela diri dengan tetap berbuat buruk, misalnya merokok, itu menandakan pada orang tersebut ada sesuatu yang rusak. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “ Seseorang yang sudah rusak jiwanya, atau keseimbangan dirinya, ia akan menyukai dan menikmati perkara-perkara yang membahayakan dirinya. Bahkan ia begitu merindukannya sampai merusak akal, agama, akhlak, jasmani dan hartanya”[16]

Kesimpulan yang bisa didapatkan berdasarkan kaidah-kaidah universal yang menjadi spirit agama Islam, disertai beberapa keterangan ulama rabbani, maka kita mengetahui, rokok bukan termasuk barang-barang yang pantas dinikmati oleh seorang muslim. Ini mengingat, besarnya bahaya yang timbul dari rokok. Apalagi bila disulut oleh sekian banyak orang secara rutin, maka semakin meyakinkan bahwa tidak ada pilihan lain. Jika rokok harus ditinggalkan. Gangguan kesehatan pada perokok aktif dan pasif, gangguan sosial dan ekonomi sudah tidak terelakkan, dan semakin menguatkan pandangan, bila rokok hanya akan membuat hidup lebih redup. Sehingga bila masih diperdebatkan boleh atau tidak untuk mengkonsumsinya, akan memporak-porandakan kaidah umum yang melekat pada syari’at Islam, yang menjungjung tinggi dalam melindungi jiwa, harta, keturunan dan kemaslahatan umum.

Rumah yang baik adalah rumah yang tidak terdapat korek penyulut rokok ataupun asbak. Baik barang itu berasal dari yang promosi gratisan atau lainnya. Sepertinya perlu menempelkan peringatan tentang larangan merokok di rumah masing-masing, sebagai sarana untuk mengingatkan orang-orang yang hendak merokok dengan cara yang baik, sehingga mengurungkannya.

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XI/1428H/2007M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl.Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016]

__________

Foote Note

[1]. Taisir Karimir Rahman hal. 553 Muassasah Risalah I Th.1423H – 2002M

[2]. Al-Athimah, Dr Shalih Al-Fauzan, Maktabah Al-Ma’arifg, Cetakan II, Tahun 1419H – 1999M, halaman 18.

[3]. Al-Athimah, Dr Shalih Al-Fauzan, halaman 28

[4]. Majmu Fatawa (1/265) dinukil dari Maqashidusy Syari’ah Inda Ibni Taimiyah, Dr Yusuf Ahmad Muhammad Al-Badawi, cetakan I Tahun 1421H – 2000M

[5]. Maqashidusy Syari’ah Inda Ibni Taimiyah, halaman 287

[6]. Maqashidusy Syari’ah Inda Ibni Taimiyah, halaman 461-479

[7].HR Al-Bukhari no. 853, 4215, 4217, 4218, 5521, 5522 dan Muslim no. 561

[8]. HR Muslim no. 564

[9]. HR Muslim no. 567

[10]. Fatwa Fi Hukmid Dukhan, dinukil dari Al-Qaulul Mubin fi Akhta-il Mushallin, halaman 199

[11]. Al-Qaulul Mubin, Masyhur Hasan Alu Salman, halaman 199

[12]. Fatawa (1/82), dinukil dari Al-Qaulul Mubin, halaman 200

[13]. Akhthar Tuhaddidul Buyut, darul Wathan, Cetakan I Tahun 1411H, halaman 36-37.

[14]. Min adhraril Muskirati wal Mukhaddirat, Syaikh Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al-Jarullah, Penerbit Wizarah Dakhiliyyah KSA, Cetakan II, Tahun 1404H, halaman 53. Da’it-Tadkhin Wabda-il Hayah. Dr Ahmad bin Abdir Razzaq Bafarath dan Abdul Majid bin Abdul Karim Ad-Darwisy, halaman 22-23.

[15]. Al-Muru’ah wa Khawarimuha, Masyhur Hasan Alu Salman, Dar Ibni Affan, Cetakan I Tahun 1415H-1995M, halaman 118

[16].Majmu Fatawa (19/34) dinukil dari Al-Maqashid, halaman 461