Kamis, 29 Mei 2008

Iman 100 persen


Iman 100 persen

Oleh : Dr. H. Rusli Hasbi, MA


Allah berfirman dalam surat Yasin ayat 12:


إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَءَاثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ


Artinya: "Sesungguhnya Kami menghidupkan orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfudh)" (QS 36:12)


إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى


Kalimat "Inna" adalah perkataan Allah sendiri yang artinya sesungguhnya Kami (Allah), …nahnu nuhyil mauta…yang menghidupkan orang mati. Artinya, tidak ada seorang manusia pun atau ciptaan Allah satu pun yang bisa menghidupkan orang mati, apapun kapasitas dan kekuatan ilmu yang dia miliki, semutakhir apapun alat yang dia miliki. Secanggih apapun ilmu manusia di abad menjelang kiamat sekalipun, mereka pasti tidak akan mampu menghidupkan orang mati atau meniupkan roh dan nyawa kepada makhluk yang telah mati. Kita wajib mengimani dan percaya kepada Allah 100 persen bahwa masalah nyawa bukanlah urusan manusia tapi urusan Allah.

Hal ini juga dapat dipahami secara logika bahwa kita ini adalah manusia yang hidup dengan nyawa pemberian Allah. Nyawa tersebut akan diambil kembali bila waktunya telah tiba. Lalu bagaimana kita mampu memberi nyawa kepada yang lain sementara kita juga pada akhirnya akan kehilangan nyawa yang sangat kita butuhkan itu? Yang mampu memberi nyawa hanyalah yang tidak pernah mati, yaitu Allah Subhanahu wata'ala.


وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَءَاثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِين


Allah mencatat dan mendata semua yang telah mereka lakukan dan mereka berikan sewaktu mereka hidup. Katakanlah umur manusia adalah 100 tahun meskipun itu sangat jarang terjadi, lalu dikurangi 15 tahun usia prabaligh dan 15 tahun masa 'uzur/pikun. Total sisa usia berarti adalah 70 tahun. Selama 70 tahun tersebut apa yang telah kita lakukan dan berikan kepada keluarga, agama, tetangga dan masyarakat kita? Semua itu ada dalam catatan Allah yang disimpan di Lauh Mahfudh. Catatan-Nya tidak pernah salah ataupun hilang. Lain halnya dengan catatan manusia. Komputer misalnya, data-datanya bisa hilang dan rusak kalau terkena virus. Bahkan datanya bisa hilang walaupun tidak terkena virus, ya… misalnya kena banjir, atau tidak sengaja terhapus, macam-macamlah.

Apapun yang kita berikan kepada orang lain akan terus dicatat dan didata oleh Allah swt baik sewaktu kita hidup ataupun setelah kita meninggal. Bila yang kita lakukan semasa kita hidup adalah kebaikan dan kebaikan itu terus dimanfaatkan dan dikenang oleh umat sepeninggal kita, maka pahalanya akan terus mengalir dan catatan kebaikan kita akan terus bertambah. Hal-hal seperti inilah yang akan mengantarkan kita ke pintu surga.

Kesimpulan

Karena itu, berlomba-lombalah berbuat kebaikan dan jangan pernah merasa cukup dengan apa yang telah kita lakukan dan berikan. Boleh jadi kita mengklaim diri kita telah berbuat banyak untuk umat sehingga terkadang kita menjadi sombong dan memuji diri sendiri. Tetapi hati nurani kita tidak bisa dibohongi. Hanya dengan mata hatilah kita bisa melihat apa yang sebenarnya telah kita berikan selama ini. Jangan biarkan mulut yang berbicara tentang apa yang telah kita lakukan, tetapi biarkanlah nurani kita yang berkata. (23/e)

Tidak ada komentar: