Kamis, 10 Juli 2008

"NDESO"


"NDESO"
oleh : Ika S. Creech  *)

Deso (baca ndeso) itulah sebutan untuk orang yang norak,  kampungan,
udik, shock culture, countrified dan sejenisnya. Ketika mengalami  atau
merasakan sesuatu yang baru dan sangat mengagumkan, maka ia  merasa
takjub dan sangat senang, sehingga ingin terus menikmati dan  tidak
ingin lepas, kalau perlu yang lebih dari itu. Kemudian ia  menganggap
hanya dia atau hanya segelintir orang yang baru merasakan  dan
mengalaminya. Maka ia mulai atraktif, memamerkan dan  sekaligus
mengajak orang lain untuk turut merasakan dan menikmatinya,  dengan
harapan orang yang diajak juga sama terkagum-kagum sama seperti  dia.

Lebih dari itu ia berharap agar orang lain juga mendukung  terhadap
langkah-langkah untuk menikmatinya terus-menerus. Hal ini  biasa,
seperti saya juga sering mengalami hal demikian, tetapi kita  terus
berupaya untuk terus belajar dari sejarah, pengalaman orang  lain,
serta belajar bagaimana caranya tidak jadi orang norak,  kampungan
alias deso.

Semua kampus di Jepang penuh dengan sepeda, tak  terkecuali dekan atau
bahkan Rektorpun ada yang naik sepeda datang ke kampus.  Sementara si
Pemilik perusahaan Honda tinggal di sebuah apartemen yang  sederhana.
Ketika beberapa pengusaha ingin memberi pinjaman kepada  pemerintah
Indonesia mereka menjemput pejabat Indonesia di Narita. Dari  Tokyo
naik kendaraan umum, sementara yang akan dijemput, pejabat  Indonesia
naik mobil dinas Kedutaan yaitu mercy.

Ketika saya di  Australia berkesempatan melihat sebuah acara seremoni
dari jarak yang sangat  dekat, dihadiri oleh pejabat setingkat menteri,
saya tertarik mengamati pada  mobil yang mereka pakai merk Holden baru
yang paling murah untuk ukuran  Australia. Yang menarik, para
pengawalnya tidak terlihat karena tidak berbeda  penampilannya dengan
tamu-tamu, kalau tidak jeli mengamati kita tidak tahu  mana
pengawalnya.

Di Sidney saya berkenalan dengan seorang pelayan  restoran Thailand.
Dia seorang warga negara Malaysia keturunan Cina, sudah  selesai S3,
sekarang lagi mengikuti program Post Doc. Dia anak serorang  pengusaha
yang kaya raya. Tidak mau menggunakan fasilitas orang tuanya  malah
jadi pelayan. Dia juga sebenarnya dapat beasiswa dari  perguruan
tingginya.

Satu bulan saya di Jepang tidak melihat orang  pakai HP Communicator,
mungkin kelemahan saya mengamati. Dan setelah saya  baca koran ternyata
konsumen terbesar HP communicator adalah Indonesia .  Sempat berkenalan
juga dengan seorang yang berada di stasiun kereta di  Jepang, ternyata
dia anak seorang pejabat tinggi negara, juga naik kereta.  Yang tak
kalah serunya saya juga jadi pengamat berbagai jenis sepatu yang  di
pakai masyarakat Jepang ternyata tak bermerek, wah ini yang deso  siapa
yaa?

Sulit membedakan tingkat ekonomi seseorang baik di Jepang  atau di
Australia , baik dari penampilannya, bajunya, kendaraannya,  atau
rumahnya. Kita baru bisa menebak kekayaan seseorang kalau sudah  tahu
pekerjaan dan jabatannya di perusahaan. Jangan-jangan kalau  orang
Jepang diajak ke Pondok Indah bisa pingsan melihat rumah segitu  gede
dan mewahnya. Rata-rata rumah di sana memiliki tinggi plafon yang  bisa
dijambak dengan tangan hanya dengan melompat. Sehingga  duduknyapun
banyak yang lesehan.

Sampai akhir hayatnya Rasulullah  tidak membuat istana Negara dan
Benteng Pertahanan (khandaq hanyalah strategi  sesaat, untuk perang
ahzab saja), padahal Rasulullah sudah sangat mengenal  kemewahan istana
raja-raja negara sekelilingnya, karena beliau punya  pengalaman
berdagang. Ternyata beliau tidak menjadi silau terus ikut-ikutan  latah
ingin seperti orang-orang. Lalu dimana aktivitas kenegaraan  dilakukan?
Mengingat beliau sebagai kepala negara. Jawabannya ya di  masjid.

Beliau punya banyak jalan yang legal untuk bisa membangun istana.  Di
Mekkah nikah dengan janda kaya, di Madinah jadi kepala negara,  punya
hak prerogatif dalam mengatur harta rampasan perang dan ada jatah  dari
Allah untuk dipergunakan sekehendak beliau, belum hadiah  dari
raja-raja. Tetapi mengapa beliau sering kelaparan, ganjal perut  dengan
batu, puasa sunnah niatnya siang hari, shalat sambil duduk  menahan
perih perut dan seterusnya?

Ketika Indonesia sedang terpuruk,  hutang lagi numpuk, rakyat banyak
yang mulai ngamuk, negara sedang kere,  banyak yang antri beras, minyak
tanah, minyak goreng dll. Maka harga diri  kita tidak bisa diangkat
dengan medali emas turnamen olah raga, sewa pemain  asing, banyak
seremonial yang gonta-ganti baju seragam, baju dinas, merek  mobil,
proyek mercusuar, dll, dsb, dst.

Bangsa ini akan naik harga  dirinya kalo utang sudah lunas, kelaparan
tidak ada lagi, tidak ada pengamen  dan pengemis, tidak ada lagi WTS
(Wanita Tidak Sholat, di Malaysia "Wanita  Tak Senonoh") , angka
kriminal rendah, korupsi berkurang, punya posisi tawar  terhadap
kekuatan global. Maka orang Deso (alias norak) tidak mampu  mengatasi
krisis karena tidak bisa menjadikan krisis sebagai paradigma  dalam
menyusun APBD dan APBN. Nah, karena yang menyusun orang-orang  norak
maka asumsi dan paradigma yang dipakai adalah negara normal  atau
bahkan mengikut negara maju.

Bayangkan ada daerah yang  menganggarkan sepak bola 17 milyar sementara
anggaran kesra-nya 100 juta,  wiiieh!

Akhirnya penyakit norak ini menjadi wabah yang sangat mengerikan  dari
atas sampai bawah :
- Orang bisa antri raskin sambil pegang HP
-  Pelajar bisa nunggak SPP sambil merokok
- Orang tua lupa siapkan SPP, karena  terpakai untuk beli tv dan kulkas
- Orang bule mabuk krn kelebihan uang,  orang kampung mabuk beli
minuman patungan
- Pengemis bisa pake walkman  sambil goyang kepala
- Para pengungsi bisa berjoged dalam tendanya
- Orang  beli gelar akademis di ruko-ruko tanpa kuliah
- Ijazah S3 luar negeri bisa di  beli sebuah rumah petakan gang sempit
di Cibubur
- Kelihatannya orang  sibuk ternyata masih sering keluar masuk McDonald
- Kelihatannya orang  penting, ternyata sangat tahu detail dunia
persepakbolaan.
- Kelihatan  seperti aktivis tapi habis waktu untuk mencetin HP
- 62 tahun merdeka,  lomba-lombanya masih makan kerupuk saja
- Agar rakyat tidak kelaparan maka  para pejabatnya dansa dansi di
acara tembang kenangan.
- Agar kampanye  menang harus berani sewa bokong-bokong bahenol ngebor
- Agar masyarakat  cerdas maka sajikan lagu goyang dombret dan wakuncar
- Agar bisa disebut  terbuka maka harus bisa buka-bukaan
- Agar kelihatan inklusif maka hrs bisa  menggandeng siapa saja, kalo
perlu jin Tomang jg digandeng

Yang lebih  mengerikan lagi adalah supaya kita tidak terlihat kere,
maka harus bisa  tampil keren. Makin kiamatlah kalo si kere tidak tahu
dirinya kere.

*)  Penulis adalah Putra Indonesia Asli, kini bertempat tinggal di
Paris,  Perancis dan bekerja sebagai Pembawa Acara di salah satu
stasiun di  Perancis.

__._,_.___
 Messages in this topic           (1)  Reply          (via web post)   |   Start a new topic        
Messages   |    Files   |    Photos   |    Links   |    Polls   |    Members  
               ---------------------------------
http://www.flickr.com/photos/banyumas
Foto kegiatan milis http://photos.groups.yahoo.com/group/banyumas/lst
Kunjungi Situs Banyumas Kita : http://www.serayunet.com
Untuk keluar dari milis ini, kirim email kosong ke : banyumas-unsubscribe@yahoogroups.com          
 Yahoo! Groups
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
 Visit Your Group   | Yahoo! Groups Terms of Use       |  Unsubscribe        
Recent Activity
 Visit Your Group              
Need traffic?

Drive customers

With search ads

on Yahoo!
Y! Messenger

Quick file sharing

Send up to 1GB of

files in an IM.
Yahoo! Groups

Wellness Spot

A resource for living

the Curves lifestyle.
.
[IMAGE]
__,_._,___

Tidak ada komentar: